Ramadhan Inklusif: 500 Peserta Ikuti Tadarus Al Quran Isyarat
Kementerian Agama menggelar Tadarus Al Quran Isyarat (TAQI) selama Ramadhan 2025, diikuti 500 peserta pada hari pertama, sebagai bentuk komitmen layanan keagamaan inklusif.

Jakarta, 4 Maret 2025 (ANTARA) - Ramadhan 1446 H tahun ini menjadi saksi atas terselenggaranya program Tadarus Al Quran Isyarat (TAQI) yang diinisiasi Lajnah Pentashihan Mushaf Al Quran (LPMQ) Kementerian Agama. Program yang dimulai Senin lalu ini telah menarik minat sekitar 500 peserta pada hari pertama penyelenggaraannya. Kegiatan ini menandai komitmen nyata pemerintah dalam menyediakan layanan keagamaan yang inklusif bagi seluruh umat, khususnya penyandang disabilitas tuna rungu.
TAQI merupakan hasil kolaborasi LPMQ dengan berbagai lembaga, termasuk Asosiasi Tuli Muslim Indonesia. Kepala Badan Moderasi Beragama dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BMBPSDM) Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam membaca Al Quran Isyarat. Kegiatan ini juga dihadiri oleh para alim ulama, akademisi, guru, mahasiswa, sahabat tuli Muslim, serta para juru bahasa isyarat, menciptakan suasana yang kaya akan pengetahuan dan saling berbagi.
Program TAQI berlangsung selama tiga pekan pertama Ramadhan, tepatnya dari Senin hingga Kamis, pukul 09.00 hingga 10.00 WIB. Bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi, pendaftaran dapat dilakukan melalui kolom yang tersedia di media sosial LPMQ Kemenag RI. Hal ini menunjukkan kemudahan akses dan keterbukaan program ini bagi siapapun yang ingin belajar dan memperdalam pemahaman Al-Quran melalui metode isyarat.
Komitmen Inklusifitas Kementerian Agama
Menurut Kepala BMBPSDM Kemenag, Muhammad Ali Ramdhani, TAQI merupakan kelanjutan dari komitmen Kementerian Agama dalam memberikan layanan keagamaan yang inklusif. "Usaha pemeliharaan kesucian dan kemurnian Al Quran merupakan kewajiban bagi umat Islam, baik secara individu maupun kolektif. Tugas berat ini juga diamanatkan kepada lembaga-lembaga yang memiliki kompetensi dalam bidang rasm, tajwid, tafsir, dan ulumul Quran," ujarnya. Pernyataan ini menegaskan pentingnya peran Kemenag dalam memastikan aksesibilitas Al-Quran bagi semua kalangan.
LPMQ Kemenag, sebagai lembaga yang berwenang memastikan keakuratan dan keabsahan mushaf Al Quran, juga berperan aktif dalam pengembangan Al Quran Isyarat. Sejak tahun 2020, LPMQ telah melakukan kajian mendalam, membentuk tim penyusun pedoman, dan menerbitkan berbagai panduan dan mushaf Al Quran Isyarat dalam metode Kitabah dan Tilawah. Hal ini menunjukkan keseriusan dan komitmen jangka panjang LPMQ dalam mendukung inklusifitas akses terhadap Al-Quran.
Penerbitan Pedoman Membaca Mushaf Al Quran Isyarat, Panduan Belajar Membaca Al Quran Isyarat, Juz Amma Isyarat (metode Kitabah dan Tilawah), serta Mushaf Al Quran Isyarat 30 Juz (metode Kitabah dan Tilawah) merupakan bukti nyata dari kerja keras dan dedikasi LPMQ. "Semua upaya ini patut kita apresiasi. Kerja keras, kerja cerdas, dan kerja bersama dalam menyusun Al Quran Isyarat ini membuktikan bahwa pemerintah dan masyarakat memiliki komitmen yang sama dalam menciptakan layanan keagamaan yang lebih inklusif," tambah Ramdhani. Apresiasi ini menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat dalam mewujudkan inklusifitas.
Al Quran Isyarat: Aksesibilitas untuk Semua
Kepala LPMQ, Abdul Aziz Shidqi, menambahkan bahwa TAQI merupakan bagian dari program Ramadhan inklusif Kementerian Agama. LPMQ telah berupaya maksimal dalam menyusun Al Quran Isyarat, mulai dari pedoman, panduan, hingga mushafnya dalam dua metode, yaitu metode Kitabah dan metode Tilawah. "Tahun ini, mushaf tersebut sudah selesai dicetak dan siap disebarluaskan," ujar Aziz. Pernyataan ini menandakan kesiapan dan kesuksesan program dalam menyediakan akses Al-Quran yang lebih luas.
Program TAQI ini bukan hanya sekadar tadarus, tetapi juga merupakan wujud nyata dari komitmen pemerintah dalam menciptakan layanan keagamaan yang inklusif dan merata bagi seluruh lapisan masyarakat. Keberhasilan penyelenggaraan TAQI dengan jumlah peserta yang signifikan membuktikan besarnya antusiasme dan kebutuhan akan akses Al-Quran yang lebih mudah diakses oleh komunitas penyandang disabilitas tuna rungu. Semoga program ini dapat terus berlanjut dan menginspirasi program-program inklusif lainnya di masa mendatang.
Melalui program ini, diharapkan semakin banyak penyandang disabilitas tuna rungu yang dapat mengakses dan memahami isi Al-Quran, sehingga dapat meningkatkan keimanan dan ketakwaan mereka. Program TAQI menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dan inovasi dapat digunakan untuk menjembatani kesenjangan aksesibilitas dalam beribadah.