MUI Luncurkan Dana Abadi Literasi Al Quran: Berantas Buta Huruf di Indonesia
Majelis Ulama Indonesia (MUI) meluncurkan Dana Abadi Literasi Al Quran (DALA) untuk memberantas buta huruf Al Quran di Indonesia, terutama di daerah 3T, dengan metode membaca, menulis, mendengar, dan menghafal.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) resmi meluncurkan gerakan Dana Abadi Literasi Al Quran (DALA) pada Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta. Gerakan ini bertujuan mulia untuk memberantas buta huruf Al Quran yang masih tinggi di Indonesia. Ketua Gerakan DALA, Deva Rachman, mengungkapkan bahwa angka buta huruf Al Quran mencapai 72,25 persen. Peluncuran ini menandai langkah konkret MUI dalam mengatasi permasalahan tersebut.
DALA diinisiasi oleh lembaga wakaf MUI dan diharapkan menjadi lokomotif gerakan wakaf produktif di Indonesia. Gerakan ini tidak hanya sekadar mengumpulkan dana, tetapi juga menerapkan metode terintegrasi untuk meningkatkan literasi Al Quran. Metode tersebut meliputi membaca, menulis, mendengar, dan menghafal, yang telah diujicoba di beberapa kabupaten/kota sebelum peluncuran resmi.
Ketua Pelaksana DALA, Ambar Pramita, menjelaskan bahwa dana yang terkumpul berasal dari fundraising dan dana wakaf dari berbagai kementerian/lembaga. Dana wakaf ini akan diinvestasikan secara produktif, dan hasilnya akan digunakan untuk mendukung program literasi Al Quran. Program ini secara khusus menargetkan wilayah 3T (terdepan, tertinggal, dan terluar) yang masih kekurangan pemuka agama untuk membimbing masyarakat.
Metode Pembelajaran Terintegrasi
DALA menerapkan metode pembelajaran terpadu yang mencakup empat aspek penting: membaca, menulis, mendengar, dan menghafal Al Quran. Metode ini telah diuji coba dan terbukti efektif dalam meningkatkan kemampuan literasi Al Quran. Dengan pendekatan holistik ini, diharapkan peserta didik dapat memahami dan menghayati isi Al Quran secara menyeluruh.
Proses pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek teknis membaca dan menghafal, tetapi juga menekankan pemahaman makna dan konteks ayat-ayat Al Quran. Hal ini penting untuk memastikan bahwa peserta didik tidak hanya mampu membaca Al Quran, tetapi juga memahami dan mengamalkan ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Ambar Pramita menambahkan bahwa program ini juga akan menyediakan pelatihan bagi para dai yang akan bertugas di daerah 3T. Hal ini bertujuan untuk memastikan tersedianya tenaga pengajar yang terampil dan berkompeten dalam membimbing masyarakat di wilayah tersebut.
Sasaran Program dan Harapan ke Depan
Wilayah 3T menjadi prioritas utama dalam program DALA karena keterbatasan akses terhadap pendidikan agama di daerah-daerah tersebut. Dengan menyediakan sumber daya dan tenaga pengajar yang memadai, diharapkan program ini dapat memberikan dampak signifikan dalam meningkatkan literasi Al Quran di seluruh Indonesia.
Sekretaris Jenderal MUI, Amirsyah Tambunan, menekankan pentingnya gerakan DALA dalam mengatasi angka buta huruf Al Quran yang masih tinggi. Ia berharap gerakan wakaf produktif ini dapat memberikan dampak positif jangka panjang, seperti yang telah dicapai oleh Mesir yang pembangunannya didukung oleh dana wakaf.
"Mesir bisa maju ratusan tahun. Meskipun hari ini kita meluncurkan wakaf berupa dana abadi untuk literasi Al Quran untuk 10, 20, dan 100 tahun ke depan. Kita berharap tumbuh dan berkembang untuk kesejahteraan umat," ujar Amirsyah Tambunan.
Dana Abadi Literasi Al Quran diharapkan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi masalah buta huruf Al Quran di Indonesia. Dengan pengelolaan dana yang baik dan strategi yang tepat, program ini berpotensi besar untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama dan kesejahteraan umat.
Kesimpulan
Peluncuran Dana Abadi Literasi Al Quran oleh MUI merupakan langkah strategis dalam upaya memberantas buta huruf Al Quran di Indonesia. Dengan metode pembelajaran terintegrasi dan fokus pada wilayah 3T, diharapkan program ini dapat memberikan dampak positif yang signifikan bagi peningkatan literasi Al Quran dan kesejahteraan umat di masa mendatang.