Revitalisasi Lahan Bekas Rob di Pekalongan: Sukses Kembangkan Padi Biosalin
Pemkot Pekalongan berhasil revitalisasi lahan bekas rob seluas 33 hektare menjadi lahan pertanian padi biosalin, didukung Bank Indonesia dan Kementerian Pertanian, untuk pengendalian inflasi pangan.

Pemerintah Kota Pekalongan, Jawa Tengah, berhasil mengubah lahan bekas rob seluas 33 hektare menjadi lahan pertanian produktif. Upaya ini merupakan bagian dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan, menjawab permasalahan lahan pertanian tidak produktif akibat rob yang melanda Kelurahan Degayu, Kecamatan Pekalongan Utara selama satu dekade terakhir. Revitalisasi ini melibatkan kolaborasi berbagai pihak, termasuk Bank Indonesia, Kodim 0710/Pekalongan, Kementerian Pertanian, dan kelompok tani setempat.
Wali Kota Pekalongan, Afzan Arslan Djunaid, mengungkapkan bahwa pembangunan tanggul penahan banjir dan rob menjadi kunci keberhasilan program ini. "Akan tetapi, lahan sawah yang sudah 10 tahunan tidak produktif ini seiring dengan dibangunnya tanggul penahan banjir dan rob, serta dukungan dari semua pihak baik Kodim 0710/Pekalongan dan Bank Indonesia akhirnya para kelompok tani kembali bisa menanam padi lagi di lahan eks rob," ujarnya. Keberhasilan ini juga tak lepas dari peran Bank Indonesia yang memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani, serta dukungan berupa program capacity building dan demplot padi biosalin seluas 1,5 hektare.
Program demplot padi biosalin tersebut terbukti sukses dan kini telah meluas hingga 33 hektare di Kelurahan Degayu. Potensi pengembangannya pun masih sangat besar, diperkirakan dapat mencapai 95 hektare pada musim tanam mendatang. Keunggulan padi biosalin terletak pada ketahanannya terhadap air payau, sehingga cocok ditanam di lahan yang sebelumnya terdampak rob. Dukungan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Kementerian Pertanian dan TNI berupa benih biosalin dan pendampingan teknis juga sangat berperan penting dalam keberhasilan ini.
Sukses Demplot Padi Biosalin di Pekalongan
Pelaksana Harian Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Andi Reina Sari, menjelaskan bahwa dukungan BI terhadap program revitalisasi lahan bekas rob merupakan bagian integral dari Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan. "Program ini merupakan pilot project pertama yang diharapkan dapat diterapkan di daerah lain yang menghadapi masalah salinitas," katanya. BI memberikan pelatihan dan pendampingan kepada petani untuk meningkatkan kapasitas dan kompetensi mereka dalam budidaya padi biosalin, sekaligus mendukung peningkatan produksi beras yang memiliki bobot tinggi terhadap inflasi.
Keberhasilan program ini tidak hanya berdampak pada peningkatan produksi pangan, tetapi juga pada peningkatan ekonomi masyarakat sekitar. Petani di Kelurahan Degayu kini memiliki mata pencaharian yang lebih stabil dan berkelanjutan. Program ini juga menjadi contoh nyata kolaborasi yang efektif antara pemerintah, lembaga keuangan, dan masyarakat dalam mengatasi permasalahan pertanian di daerah rawan rob.
Program ini juga diharapkan dapat menjadi model bagi daerah lain di Indonesia yang memiliki permasalahan serupa. Replikasi program ini di berbagai daerah dapat berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan nasional dan pengendalian inflasi. Keberhasilan di Pekalongan menunjukkan bahwa dengan kolaborasi dan inovasi, lahan yang sebelumnya tidak produktif dapat diubah menjadi sumber penghasilan bagi masyarakat.
Potensi Pengembangan dan Tantangan ke Depan
Meskipun program revitalisasi lahan bekas rob di Pekalongan telah menunjukkan hasil yang positif, masih terdapat tantangan yang perlu diatasi. Salah satu tantangannya adalah menjaga keberlanjutan program ini dalam jangka panjang. Hal ini membutuhkan komitmen berkelanjutan dari semua pihak yang terlibat, termasuk pemerintah, lembaga keuangan, dan petani.
Selain itu, perlu dilakukan upaya untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani dalam budidaya padi biosalin. Pelatihan dan pendampingan yang berkelanjutan sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini. Pengembangan infrastruktur pendukung, seperti irigasi dan akses pasar, juga perlu diperhatikan untuk mendukung peningkatan produksi dan pemasaran hasil panen.
Ke depan, perlu dilakukan evaluasi secara berkala untuk mengidentifikasi hambatan dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan program ini. Hasil evaluasi tersebut dapat digunakan sebagai dasar untuk melakukan perbaikan dan penyempurnaan program agar lebih efektif dan efisien. Dengan demikian, program revitalisasi lahan bekas rob dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat dan berkontribusi pada ketahanan pangan nasional.
Keberhasilan revitalisasi lahan bekas rob di Pekalongan menjadi bukti nyata bahwa dengan kolaborasi dan inovasi, permasalahan pertanian dapat diatasi. Program ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi daerah lain di Indonesia untuk mengatasi permasalahan serupa dan meningkatkan ketahanan pangan nasional.