Riset Kualitas Rumput Laut di Maluku: Kolaborasi DKP, PT Selt Algae, dan BRIN
Dinas Kelautan dan Perikanan Maluku memfasilitasi riset kolaboratif antara PT Selt Algae Indonesia, BRIN, dan didukung Kementerian Koordinator Bidang Pangan dan KKP, untuk meningkatkan kualitas rumput laut Maluku dan daya saingnya di pasar global.
Ambon, 27 Januari 2024 - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Maluku menjadi fasilitator utama sebuah riset kolaboratif yang bertujuan meningkatkan kualitas rumput laut di daerah tersebut. Kerja sama ini melibatkan PT Selt Algae Indonesia dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), serta mendapat dukungan penuh dari Kementerian Koordinator Bidang Pangan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Inisiatif ini diungkap melalui Focus Group Discussion (FGD) yang digelar oleh DKP Maluku. Kepala DKP Maluku, Erawan Asikin, menjelaskan bahwa FGD ini merupakan bagian penting dari proyek Climate Resistance Seaweed Strain (CRSS). Riset ini fokus pada peningkatan kualitas bibit rumput laut Kappaphycus alvarezii (Eucheuma cottoni), sebuah komoditas andalan perikanan budidaya di Maluku.
Metode riset yang digunakan menggabungkan seleksi berjenjang (gradual selection) dengan pendekatan molekuler. Pilihan metode ini diharapkan dapat menghasilkan bibit rumput laut dengan kualitas unggul dan daya tahan yang tinggi. Hal ini sangat penting mengingat potensi besar rumput laut Maluku untuk pengelolaan berkelanjutan dan peningkatan daya saing di pasar internasional.
Rumput laut memang memiliki beragam potensi. Dari sisi biologi, keragaman jenis dan klasifikasinya menarik untuk dipelajari. Aspek ekologi dan habitatnya juga krusial untuk memastikan keberlanjutan budidaya. Secara kimia, rumput laut kaya nutrisi (protein, karbohidrat, vitamin) dan senyawa bioaktif (antioksidan, antibakteri) yang bermanfaat bagi kesehatan dan industri farmasi.
Secara ekonomi, budidaya rumput laut terbukti menguntungkan. Namun, pemahaman pasar dan strategi pemasaran yang tepat sangat penting untuk memaksimalkan keuntungan. Aspek teknologi juga memegang peranan penting, dengan pengembangan teknologi budidaya, pengolahan, dan pascapanen yang lebih efisien dan ramah lingkungan dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas dan nilai tambah produk.
Potensi budidaya rumput laut di Maluku, khususnya Maluku Tenggara, sangat besar. Luas lahan potensial mencapai 8.600 hektare, dengan sekitar 2.200 pembudidaya. Produksi rumput laut basah di Maluku Tenggara pada tahun 2023 mencapai 40.000 ton. Bahkan, KKP telah mengembangkan program modeling budidaya rumput laut di wilayah ini untuk mendorong hilirisasi dan menjadikan komoditas ini sebagai unggulan di pasar global.
Hasil FGD akan menjadi landasan perencanaan strategis pengembangan budidaya rumput laut yang berkelanjutan. Rencana tersebut mencakup pengembangan teknologi ramah lingkungan, peningkatan kualitas sumber daya manusia, dan pengembangan pasar produk turunan rumput laut. Tujuan akhirnya adalah meningkatkan nilai tambah produk rumput laut dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian Maluku.