Rumah Dongeng Damai Buka Donasi Psikososial untuk Penyintas Konflik Maluku
Rumah Dongeng Damai membuka donasi untuk pemulihan psikososial anak-anak penyintas konflik antarwarga di Masihulan, Maluku, bekerja sama dengan berbagai organisasi.

Konflik antarwarga yang terjadi di tiga desa di Maluku Tengah, yakni Desa Sawai, Desa Masihulan, dan Desa Rumah Olat, telah meninggalkan luka mendalam, terutama bagi anak-anak. Rumah Dongeng Damai, sebuah komunitas literasi di Ambon, bergerak cepat dengan membuka donasi untuk pemulihan psikososial bagi anak-anak penyintas konflik di Masihulan. Donasi ini bertujuan untuk membantu anak-anak mengatasi trauma yang dialami pasca konflik.
Inisiatif ini digagas oleh Koordinator kegiatan Eklin Amtor Defretes dan didukung oleh berbagai organisasi, termasuk Maluku Peduli, Hima MPK UKI, Prodi PAK UKI, GMKI Komisariat FKIP, dan GMBK. Mereka menyadari pentingnya intervensi psikososial untuk membantu anak-anak pulih dari dampak traumatis konflik. "Kita sama-sama sudah dengar kabar basudara di Masihulan. Tidak bisa dipungkiri kalau pascakonflik ini kelompok rentan, terutama anak-anak pasti mendapatkan trauma," ungkap Eklin Amtor Defretes.
Donasi yang terkumpul akan digunakan untuk menyediakan layanan psikososial dan bantuan berupa mainan serta uang tunai bagi anak-anak di Masihulan. Bantuan ini direncanakan akan disalurkan bertepatan dengan Hari Anak Sedunia pada 1 Juni 2025. Rumah Dongeng Damai mengajak masyarakat luas untuk berpartisipasi dalam aksi kemanusiaan ini dengan menyalurkan donasi melalui rekening yang tercantum di flyer yang telah disebarluaskan.
Pemulihan Psikososial Anak-Anak Pasca Konflik
Trauma akibat konflik sosial dapat berdampak jangka panjang pada perkembangan anak. Oleh karena itu, pemulihan psikososial sangat krusial untuk membantu anak-anak mengatasi dampak negatif dari pengalaman traumatis tersebut. Rumah Dongeng Damai menyadari pentingnya intervensi dini untuk mencegah dampak negatif yang lebih luas di masa depan.
Bantuan psikososial yang diberikan akan disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak, yang mungkin meliputi konseling, terapi bermain, dan kegiatan-kegiatan yang mendukung pemulihan emosional dan psikologis. Selain itu, bantuan berupa mainan dan uang tunai juga akan diberikan untuk membantu memenuhi kebutuhan dasar anak-anak dan menciptakan lingkungan yang lebih mendukung.
Kerja sama dengan berbagai organisasi menunjukkan komitmen kolektif untuk membantu penyintas konflik. Kolaborasi ini memungkinkan penyaluran bantuan yang lebih efektif dan terarah, memastikan bantuan tepat sasaran dan memberikan dampak yang maksimal bagi anak-anak yang membutuhkan.
Dukungan Pemerintah dan Masyarakat
Gubernur Maluku, Hendrik Lewerissa, telah menegaskan komitmen pemerintah untuk menyelesaikan konflik secara adil dan memastikan penegakan hukum. Ia juga meminta masyarakat untuk tidak terprovokasi dan mempercayakan proses pemulihan keamanan kepada aparat keamanan TNI dan Polri.
Pernyataan Gubernur ini menunjukkan dukungan pemerintah terhadap upaya pemulihan pasca konflik. Dukungan tersebut sangat penting untuk menciptakan lingkungan yang aman dan kondusif bagi proses pemulihan psikososial anak-anak. Pemerintah diharapkan dapat terus berperan aktif dalam mendukung inisiatif-inisiatif serupa yang bertujuan untuk membantu masyarakat yang terdampak konflik.
Partisipasi masyarakat luas juga sangat penting dalam keberhasilan inisiatif ini. Donasi dari masyarakat akan memberikan dukungan nyata bagi pemulihan psikososial anak-anak penyintas konflik. Kedermawanan masyarakat akan membantu anak-anak tersebut untuk kembali mendapatkan masa depan yang cerah dan bebas dari bayang-bayang trauma.
Semoga dengan adanya donasi dan dukungan dari berbagai pihak, anak-anak penyintas konflik di Masihulan dapat pulih dan kembali menjalani kehidupan yang normal. Inisiatif Rumah Dongeng Damai ini menjadi contoh nyata kepedulian masyarakat terhadap anak-anak yang menjadi korban konflik.