Rupiah Melemah: Sikap Wait and See Jelang Rapat The Fed dan Ketegangan India-Pakistan
Nilai tukar rupiah melemah dipengaruhi oleh sikap wait and see investor menjelang rapat The Fed dan meningkatnya ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melemah pada hari Rabu, 7 Mei 2025. Pelemahan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain sikap wait and see investor menjelang rapat Federal Reserve (The Fed), serta meningkatnya ketegangan geopolitik antara India dan Pakistan. Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, memprediksi rupiah akan ditutup melemah di kisaran Rp16.450 hingga Rp16.550 per dolar AS.
The Fed diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuan pada 4,25-4,5 persen. Keputusan ini didasarkan pada tanda-tanda inflasi AS yang mereda dan pertumbuhan lapangan kerja yang stabil. Data Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan Indeks Harga Konsumen turun 0,1 persen pada Maret 2025, sementara inflasi tahunan turun menjadi 2,4 persen. Indeks Harga Produsen juga mengalami penurunan, begitu pula Personal Consumption Expenditures (PCE) core index.
Meskipun Non-Farm Payrolls (NFP) meningkat sebesar 177 ribu pada April 2025, hal ini tidak cukup untuk mendorong penguatan rupiah. Situasi ini diperparah oleh ketegangan antara India dan Pakistan yang turut menekan mata uang emerging markets, termasuk rupiah. Serangan rudal India ke Pakistan telah meningkatkan kekhawatiran global, dan memicu reaksi keras dari Pakistan.
Dampak Ketegangan India-Pakistan terhadap Rupiah
Ketegangan antara India dan Pakistan memberikan dampak signifikan terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Serangan rudal India yang menyebabkan korban jiwa di Pakistan telah meningkatkan sentimen negatif di pasar global. Pernyataan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, yang menyebut serangan tersebut sebagai "serangan pengecut" dan "aksi perang", semakin memperburuk situasi.
India, di sisi lain, melalui Kedutaan Besarnya di Jakarta, menyatakan bahwa serangan tersebut hanya menyasar kamp-kamp teroris dan dilakukan secara terukur. Namun, eskalasi konflik antara kedua negara bertetangga bersenjata nuklir ini tetap menjadi perhatian utama pasar keuangan internasional. Angkatan Udara Pakistan bahkan dilaporkan telah menembak jatuh beberapa jet tempur India.
Konflik ini berakar pada serangan sebelumnya di Jammu dan Kashmir yang dikelola India, yang menewaskan 26 orang. India menyalahkan Pakistan atas serangan tersebut, sementara Pakistan membantahnya. Ketegangan ini menimbulkan ketidakpastian di pasar dan berdampak negatif pada nilai tukar mata uang emerging markets, termasuk rupiah.
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dan Pelemahan Rupiah
Selain faktor eksternal, pertumbuhan ekonomi Indonesia yang di bawah ekspektasi juga memberikan tekanan pada rupiah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 4,87 persen year-on-year (yoy) pada triwulan I 2025, menurun dibandingkan kuartal sebelumnya. Meskipun konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor utama PDB, pertumbuhannya juga mengalami penurunan.
Data pertumbuhan ekonomi yang kurang menggembirakan ini menambah beban bagi rupiah yang sudah tertekan oleh faktor global. Kondisi ini menunjukkan bahwa faktor domestik dan internasional sama-sama berperan dalam menentukan pergerakan nilai tukar rupiah.
Penutupan Perdagangan dan Kurs JISDOR
Pada penutupan perdagangan hari Rabu, nilai tukar rupiah melemah sebesar 88 poin atau 0,54 persen menjadi Rp16.537 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga melemah ke level Rp16.533 per dolar AS. Pelemahan ini mencerminkan dampak gabungan dari sikap wait and see menjelang rapat The Fed dan ketegangan geopolitik India-Pakistan, serta kinerja ekonomi domestik.
Ke depan, pergerakan nilai tukar rupiah akan terus dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik domestik maupun internasional. Penting bagi investor dan pelaku pasar untuk terus memantau perkembangan situasi global dan domestik untuk mengantisipasi potensi volatilitas kurs.