Rupiah Menguat ke Rp16.251: Penundaan Tarif Trump Jadi Penopang Utama
Nilai tukar rupiah menguat signifikan ke Rp16.251 per dolar AS pada penutupan perdagangan Jumat, didorong oleh penundaan rencana tarif impor dari Presiden Trump dan penurunan yield obligasi pemerintah AS.

Jakarta, 14 Februari 2024 - Rupiah berhasil mencatatkan penguatan yang cukup signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Jumat. Kurs rupiah ditutup menguat 110 poin atau 0,67 persen, mencapai level Rp16.251 per dolar AS. Penguatan ini menarik perhatian para analis dan pelaku pasar, memicu pertanyaan mengenai faktor-faktor yang mendorong tren positif tersebut.
Faktor Pendorong Penguatan Rupiah
Menurut Rully Nova, analis dari Bank Woori Saudara, penguatan rupiah hari ini terutama didorong oleh pelemahan indeks dolar AS. Pelemahan ini berkaitan erat dengan keputusan Presiden Trump yang menunda penerapan tarif impor secara resiprokal. "Tren penurunan indeks dolar AS berlanjut karena Presiden Trump masih mengkaji ulang penerapan tarif, yang berarti masih ada ruang negosiasi," jelas Rully. Dampaknya, kekhawatiran akan perang dagang yang meluas berkurang, memberikan sentimen positif bagi pasar.
Rully menambahkan bahwa dampak terhadap perdagangan internasional diperkirakan tidak akan terlalu parah, sehingga memberikan stabilitas pada pasar keuangan global. Hal ini memberikan ruang bagi mata uang negara berkembang, termasuk rupiah, untuk menguat.
Peran Yield Obligasi Pemerintah AS
Selain faktor eksternal dari AS, tren penurunan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS juga berperan penting dalam penguatan rupiah. Penurunan yield ini meningkatkan daya tarik investasi di pasar keuangan domestik Indonesia. Selisih (spread) antara yield obligasi pemerintah AS dan Indonesia melebar, membuat aset Indonesia lebih menarik bagi investor asing.
Kondisi ini meningkatkan aliran modal asing ke Indonesia, yang pada gilirannya mendorong permintaan rupiah dan menyebabkan penguatan nilai tukar. Hal ini menunjukkan bahwa faktor fundamental ekonomi domestik juga mendukung kinerja positif rupiah.
Prospek Rupiah ke Depan
Melihat tren positif ini, Rully memproyeksikan rupiah berpotensi menguat lebih lanjut pada perdagangan Senin mendatang. Ia memperkirakan rupiah akan berada di kisaran Rp16.160 - Rp16.260 per dolar AS. Namun, proyeksi ini tetap perlu diwaspadai karena berbagai faktor global dan domestik dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar.
Sebagai informasi tambahan, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menunjukkan penguatan, mencapai Rp16.285 per dolar AS, meningkat dari Rp16.365 per dolar AS pada hari sebelumnya. Ini menunjukkan konsistensi penguatan rupiah di berbagai indikator pasar.
Kesimpulan
Penguatan rupiah ke level Rp16.251 per dolar AS pada Jumat lalu merupakan kabar positif bagi perekonomian Indonesia. Faktor utama penguatan ini adalah penundaan rencana tarif impor oleh Presiden Trump dan penurunan yield obligasi pemerintah AS. Kedua faktor ini menunjukkan sentimen positif pasar terhadap Indonesia dan berpotensi mendorong pertumbuhan ekonomi lebih lanjut. Meskipun demikian, tetap perlu kewaspadaan terhadap dinamika global dan domestik yang dapat mempengaruhi pergerakan nilai tukar ke depan.