Rupiah Menguat: Keputusan AS Ringankan Tarif Otomotif Jadi Penentu
Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dipengaruhi keputusan Presiden AS Donald Trump yang meringankan dampak tarif otomotif, mengurangi beban pada produsen mobil.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, dikabarkan akan meringankan dampak tarif otomotif. Keputusan ini berdampak pada penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang ditutup pada angka Rp16.761 per dolar AS pada Selasa, 29 April. Hal ini terjadi di Jakarta, dan penguatan tersebut disebabkan oleh pelonggaran tarif otomotif AS yang mengurangi beban bagi produsen mobil. Langkah ini diambil menjelang kunjungan Trump ke Michigan.
Pengumuman tersebut disampaikan melalui keterangan tertulis Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuabi. Ia menjelaskan bahwa Washington akan mengurangi beberapa bea yang dikenakan pada suku cadang asing di mobil yang diproduksi di dalam negeri. Hal ini memberikan dampak positif bagi pasar dan menyebabkan penguatan nilai tukar rupiah.
Langkah ini dilaporkan oleh The Wall Street Journal dan Financial Times, yang sebelumnya melaporkan rencana Trump untuk mengecualikan suku cadang otomotif dari tarif impor dari China. Keputusan ini dinilai sebagai upaya untuk mengurangi ketegangan perang dagang dan memberikan stabilitas ekonomi global.
Tarif Otomotif AS dan Dampaknya terhadap Rupiah
Keputusan Presiden Trump untuk meringankan dampak tarif otomotif AS berdampak signifikan terhadap pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Langkah ini mengurangi ketidakpastian di sektor otomotif, yang pada akhirnya berdampak positif pada nilai tukar rupiah. Produsen mobil dibebaskan dari beban tarif tambahan atas baja dan aluminium, serta berpotensi mendapatkan pengembalian atas tarif yang telah dibayarkan.
Tarif atas suku cadang luar negeri yang digunakan untuk merakit mobil di AS, yang awalnya diperkirakan mencapai 25 persen, juga kemungkinan akan dikurangi. Ini merupakan kabar baik bagi industri otomotif global dan mengurangi beban biaya produksi.
Pengurangan tarif ini diharapkan dapat meningkatkan daya saing produsen mobil, baik di pasar domestik maupun internasional. Kondisi ini tentunya berdampak positif pada perekonomian global dan mengurangi ketegangan perang dagang.
Latar Belakang Perang Dagang AS dan Implikasinya
Perang dagang antara AS dan beberapa negara, termasuk China, telah menciptakan ketidakpastian ekonomi global. Pada 2 April 2025, Trump menandatangani perintah eksekutif yang memberlakukan tarif timbal balik atas impor dari berbagai negara, dengan tarif dasar 10 persen dan tarif lebih tinggi untuk 57 negara berdasarkan defisit perdagangan AS.
Trump juga memberlakukan tarif 25 persen atas mobil, truk ringan, dan suku cadang buatan luar negeri. Pada 9 April, tarif dasar 10 persen diberlakukan selama 90 hari terhadap lebih dari 75 negara yang tidak melakukan aksi balasan dan telah mengajukan permintaan negosiasi, dengan pengecualian China.
Ketegangan perang dagang telah menyebabkan tarif AS atas barang-barang dari China mencapai 145 persen, sementara tarif China atas produk AS naik menjadi 125 persen. Situasi ini menciptakan ketidakpastian yang memengaruhi pasar keuangan global.
Penguatan Rupiah dan Kurs JISDOR
Sebagai dampak dari keputusan AS untuk meringankan tarif otomotif, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS menguat. Pada penutupan perdagangan, rupiah menguat 95 poin atau 0,56 persen menjadi Rp16.761 per dolar AS. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia juga menguat ke level Rp16.787 per dolar AS.
Penguatan rupiah ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia di tengah ketidakpastian global. Keputusan AS tersebut memberikan sentimen positif bagi pasar dan mengurangi kekhawatiran akan dampak perang dagang.
Penguatan rupiah ini diharapkan dapat berdampak positif terhadap perekonomian Indonesia, terutama dalam mengurangi biaya impor dan meningkatkan daya saing produk ekspor.
Secara keseluruhan, keputusan Presiden Trump untuk meringankan dampak tarif otomotif memberikan dampak positif bagi perekonomian global dan Indonesia khususnya. Penguatan rupiah menunjukkan kepercayaan investor dan mengurangi ketidakpastian di tengah perang dagang.