Rupiah Menguat: Kesepakatan Dagang AS-China dan Prospek Suku Bunga AS Jadi Penopang
Penguatan rupiah hari ini didorong oleh potensi kesepakatan dagang AS-China dan ekspektasi penurunan suku bunga AS, meskipun defisit transaksi berjalan Indonesia masih melebar.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) menguat signifikan pada perdagangan Jumat, mencapai Rp16.286 per dolar AS. Penguatan ini, menurut Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede, didorong oleh beberapa faktor kunci, baik dari dalam maupun luar negeri. Pernyataan Presiden AS Donald Trump mengenai kemungkinan kesepakatan perdagangan baru dengan Tiongkok menjadi salah satu faktor utama penguatan mata uang Garuda.
Pernyataan Trump tersebut memicu optimisme di pasar global, mengurangi kekhawatiran akan eskalasi perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia. Ekspektasi meredanya perang dagang ini mendorong apresiasi mata uang Asia, termasuk rupiah. Hal ini juga diiringi oleh depresiasi dolar AS, yang semakin memperkuat posisi rupiah di pasar internasional.
Selain faktor eksternal, pernyataan dari Presiden Federal Reserve Bank of Atlanta, Raphael Bostic, juga turut berkontribusi pada penguatan rupiah. Bostic memperkirakan kemungkinan pemangkasan suku bunga kebijakan dua kali pada tahun 2025, meskipun masih ada ketidakpastian. Pernyataan ini meningkatkan kemungkinan The Fed memangkas suku bunga lebih dari sekali di tahun ini, yang pada gilirannya menekan nilai dolar AS.
Faktor Internal dan Defisit Transaksi Berjalan
Meskipun didorong oleh sentimen positif global, kondisi ekonomi domestik juga perlu diperhatikan. Defisit transaksi berjalan (CAD) Indonesia memang masih menjadi perhatian. Pada kuartal IV 2024, CAD menyempit menjadi -0,32 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), turun dari -0,56 persen pada kuartal sebelumnya. Namun, jika dilihat secara tahunan, CAD justru melebar dari -0,15 persen dari PDB menjadi -0,63 persen dari PDB pada tahun 2024.
Josua menjelaskan bahwa pelebaran CAD ini disebabkan oleh normalisasi harga komoditas global yang diikuti oleh pemulihan permintaan domestik. Kondisi ini menunjukkan adanya peningkatan impor seiring dengan pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Meskipun menyempit pada kuartal IV 2024, melebarnya CAD secara tahunan tetap menjadi faktor yang perlu diwaspadai.
Pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus memantau perkembangan CAD dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Kebijakan fiskal dan moneter yang tepat sasaran akan sangat penting dalam menjaga keseimbangan ekonomi makro dan mencegah potensi gejolak di pasar keuangan.
Penguatan rupiah hari ini menunjukkan respon positif pasar terhadap perkembangan global yang lebih optimis. Namun, perlu diingat bahwa kondisi ekonomi global dan domestik masih dinamis dan penuh dengan ketidakpastian. Oleh karena itu, kebijakan yang tepat dan antisipatif tetap diperlukan untuk menjaga stabilitas ekonomi Indonesia.
Kesimpulan
Penguatan rupiah hari ini merupakan kabar baik bagi perekonomian Indonesia. Namun, perlu diwaspadai bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar rupiah sangat kompleks dan dinamis. Pemantauan yang ketat terhadap perkembangan ekonomi global dan domestik, serta kebijakan yang tepat, akan sangat penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di masa mendatang. Ke depan, perlu strategi yang lebih komprehensif untuk mengatasi defisit transaksi berjalan dan menjaga daya saing ekonomi Indonesia.