Rupiah Stabil, Gaet Kepercayaan Investor Asing!
Nilai tukar rupiah yang stabil berhasil menarik minat investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, terutama dalam bentuk portofolio investasi.

Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kestabilan nilai tukar rupiah telah berhasil meningkatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modal di Indonesia. Hal ini disampaikan langsung oleh Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI bulan April 2025 di Jakarta pada Rabu lalu. Kepercayaan tersebut terlihat dari peningkatan aliran modal asing ke instrumen keuangan domestik, terutama pada investasi portofolio.
Destry Damayanti menjelaskan bahwa meski sempat terjadi net outflows pada awal April 2025 akibat ketidakpastian global pasca pengumuman tarif resiprokal AS, namun tren tersebut mulai berkurang. Hal ini menunjukkan optimisme investor terhadap prospek ekonomi Indonesia yang tetap baik, termasuk ketahanan eksternal yang terjaga. "Setidaknya, mereka (investor asing) masuk dulu di portfolio investment," ujar Destry Damayanti.
Data BI menunjukkan aliran modal asing dalam bentuk investasi portofolio sejak awal tahun 2025 hingga akhir Maret 2025 mencatat net inflows sebesar 1,6 miliar dolar AS. Meskipun terjadi net outflows sebesar 2,8 miliar dolar AS pada April 2025 (hingga 21 April 2025), tetapi tren positif kembali terlihat pada Surat Berharga Negara (SBN) dan Surat Berharga Bank Indonesia (SRBI).
Strategi BI dalam Menjaga Stabilitas Rupiah
BI kini memiliki strategi intervensi yang lebih komprehensif untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Tidak hanya melakukan triple intervention pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan pembelian SBN di pasar sekunder, tetapi juga melakukan intervensi di pasar off-shore non-delivery forward (NDF).
Intervensi di pasar off-shore dilakukan selama 24 jam karena pasar tersebut beroperasi selama 24 jam di berbagai zona waktu, termasuk Hong Kong, Eropa, dan Amerika. "Di mana kami (di pasar off-shore) akan standby 24 jam karena market-nya juga 24 jam di Hong Kong, kemudian di Eropa, dan juga di Amerika," jelas Destry.
BI memastikan tetap aktif di pasar untuk menstabilkan nilai tukar rupiah dan menjaga kecukupan likuiditas. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembelian SBN di pasar sekunder. Sejak awal 2025 hingga 22 April 2025, BI telah membeli SBN dengan total Rp80,98 triliun, terdiri dari Rp54,98 triliun di pasar sekunder dan Rp26,00 triliun di pasar primer dalam bentuk Surat Perbendaharaan Negara (SPN), termasuk syariah.
Respons Cepat BI terhadap Tekanan Global
BI juga menunjukkan respons cepat terhadap tekanan nilai tukar rupiah di pasar off-shore, terutama selama libur panjang Idul Fitri 1446 H yang dipicu oleh kebijakan tarif resiprokal AS. Pada 7 April 2025, BI melakukan intervensi di pasar off-shore NDF secara berkesinambungan di pasar Asia, Eropa, dan New York.
Intervensi tersebut terbukti efektif. Nilai tukar rupiah yang sempat tertekan berhasil dikendalikan dan menguat. Pada 22 April 2025, rupiah berada di level Rp16.855 per dolar AS, dibandingkan dengan Rp16.865 per dolar AS pada hari pertama pembukaan pasar domestik pascalibur 8 April 2025. Sebagai perbandingan, pada 27 Maret 2025, nilai tukar rupiah tercatat Rp16.560 per dolar AS.
Keberhasilan BI dalam menjaga stabilitas rupiah ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menciptakan iklim investasi yang kondusif di Indonesia. Hal ini diharapkan dapat menarik lebih banyak investasi asing dan mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dengan strategi yang komprehensif dan respons cepat terhadap tekanan global, BI berhasil menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan memberikan kepercayaan kepada investor asing untuk berinvestasi di Indonesia. Langkah-langkah ini menunjukkan kesiapan BI dalam menghadapi tantangan global dan menjaga perekonomian Indonesia tetap stabil.