Sang Penjaga Ekosistem Laut di Perbatasan: Kisah Burhanudin dan Penyu Anambas
Burhanudin, warga Anambas, berjuang melindungi penyu di perbatasan negara, upayanya didukung pemerintah dan LSM demi menjaga keseimbangan ekosistem laut.

Angin laut berembus pelan di Desa Sunggak, Jemaja Barat, pagi itu. Namun, Burhanudin (47), warga Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepulauan Riau, tak menikmati suasana tenang tersebut. Ia sibuk mempersiapkan speedboat untuk menuju pulau kecil tempat ratusan telur penyu tersimpan.
Sejak 2017, Burhan mendedikasikan hidupnya untuk melindungi penyu di Kepulauan Anambas, kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia yang kaya akan biota laut. Ia memulai penangkaran penyu dari sumber daya sendiri, tergerak oleh keprihatinan melihat eksploitasi alam yang tak terkendali.
Bagi Burhan, penyu bukan sekadar hewan, melainkan kunci keseimbangan ekosistem laut. "Penyu menjaga keseimbangan ekosistem bawah laut, mengendalikan populasi ubur-ubur, spons, dan lamun. Tanpa penyu, rantai kehidupan bisa kacau," ujarnya. Ia khawatir, jika eksploitasi terus berlanjut, laut akan membalas dengan bencana.
Perjuangan Seorang Diri Mendapat Dukungan
Perjuangan Burhan yang awalnya dilakukan seorang diri mendapat perhatian. Pada 2021, TNI AL Pos AL Jemaja membantu menyelamatkan ribuan telur penyu dari perusakan. Pemerintah pusat juga memberikan dukungan berupa speedboat, pelampung, dan kamera tahan air pada tahun berikutnya.
Pada 2023, sebuah yayasan konservasi dari resor lokal turut membantu dengan membangun rumah penetasan dan menyediakan relawan. Dukungan ini bukan hanya bantuan material, tetapi juga pengakuan atas perjuangan Burhan dan penguatan semangat untuk terus menjaga kelestarian penyu.
"Kehadiran pemerintah dan yayasan adalah pesan kuat bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama," kata Burhan, yang merasa terharu atas dukungan tersebut. Bantuan tersebut meringankan beban biaya dan menambah semangat dalam perjuangannya.
Kerja sama dengan yayasan juga memberikan akses pada pengetahuan, pelatihan, dan jaringan kerja yang memperluas dampak positif dari upaya konservasi ini.
Hasil Kerja Keras dan Harapan Masa Depan
Pada 2025, Burhan mencatat keberhasilan luar biasa. Ia berhasil menyelamatkan 500 sarang penyu dan melepaskan lebih dari 32.000 tukik ke laut. Namun, baginya, ini masih belum cukup.
Burhan mendirikan kelompok Penyu Jemaja Lestari untuk meningkatkan kesadaran masyarakat. Ia aktif melakukan edukasi di sekolah-sekolah dan instansi pemerintah, melawan mitos dan kebiasaan buruk terkait penyu. Ia menekankan pentingnya tanggung jawab dalam menjaga kelestarian laut.
Kelompok ini melakukan patroli pantai, menyelamatkan sarang penyu, dan mengedukasi masyarakat. Setiap langkah mereka adalah bukti bahwa perubahan dimulai dari hati yang tulus. Loka Kawasan Konservasi Perairan Nasional (LKKPN) Pekanbaru juga mendukung penuh upaya konservasi ini melalui kolaborasi dengan berbagai pihak.
Kepala LKKPN Pekanbaru, Dr. Rahmat Irfansyah, menjelaskan bahwa kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan merupakan strategi utama dalam pelaksanaan konservasi. Bantuan pemerintah kepada kelompok masyarakat, seperti Penyu Jemaja Lestari, disalurkan melalui proses yang terjaga.
Sejak 2019, LKKPN Pekanbaru bersinergi dengan kelompok masyarakat dalam upaya perlindungan penyu. Perjuangan Burhan menginspirasi dan menunjukkan bahwa satu orang dapat membuat perubahan besar, dan jika semua orang ikut serta, perubahan tersebut akan berdampak luas bagi masa depan laut Indonesia.
Laut adalah sumber kehidupan, dan penyu merupakan bagian penting dari ekosistemnya. Melindungi penyu berarti melindungi masa depan kita sendiri. Langkah-langkah kecil Burhan menjadi peredam agar laut tetap bersahabat dengan manusia, memberikan penghidupan dan menjadi warisan berharga bagi generasi mendatang.