Sulawesi Tenggara Catat Rekor Produksi Gabah Kering Panen: Tembus 96.621 Ton!
Produksi gabah kering panen (GKP) di Sulawesi Tenggara pada Mei 2025 mencapai rekor 96.621 ton, hasil dari peningkatan luas tanam dan berbagai program pertanian pemerintah.

Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra) berhasil menorehkan prestasi membanggakan di sektor pertanian. Pada Mei 2025, produksi gabah kering panen (GKP) mencapai angka fantastis, yaitu 96.621 ton. Capaian ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini terjadi berkat peningkatan luas lahan pertanian dan berbagai program pemerintah yang sukses mendorong produktivitas.
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan (Distanak) Sultra, La Ode Muhammad Rusdin Jaya, mengungkapkan rasa bangganya atas pencapaian ini. Beliau menyatakan bahwa lonjakan produksi GKP tidak terlepas dari peningkatan luas tanam yang signifikan. Pada Mei 2025, luas lahan yang ditanami padi mencapai 22.767 hektare, meningkat drastis dibandingkan April 2025 yang hanya 18.622 hektare dengan produksi 78.212 ton. "Di bulan Mei ini menjadi tonggak sejarah baru. Ini bukan hanya soal angka, tetapi bukti nyata keberhasilan kebijakan pertanian kita," ujar Rusdin Jaya.
Suksesnya program pertanian di Sultra tak lepas dari berbagai upaya pemerintah daerah. Modernisasi alat pertanian, revitalisasi saluran irigasi, distribusi benih unggul, serta program intensifikasi di lahan produktif menjadi kunci keberhasilan ini. Semua program tersebut merupakan bagian dari agenda besar swasembada pangan yang dicanangkan Gubernur Andi Sumangerukka, yang menunjukkan komitmen kuat terhadap ketahanan pangan daerah.
Strategi Pertanian Sultra: Menuju Swasembada Pangan
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara telah menerapkan strategi terpadu untuk meningkatkan produktivitas pertanian. Salah satu fokus utama adalah pengembangan sentra produksi padi di beberapa kabupaten. Data menunjukkan, Kabupaten Konawe berkontribusi paling besar dengan luas tanam mencapai 7.503 hektare, disusul Konawe Selatan (4.970 hektare), dan Bombana (2.092 hektare). Ketiga kabupaten ini telah ditetapkan sebagai sentra produksi strategis dalam perencanaan ketahanan pangan daerah.
Modernisasi alat pertanian menjadi kunci peningkatan efisiensi dan produktivitas. Dengan alat-alat modern, petani dapat mengolah lahan lebih cepat dan efektif, sehingga hasil panen pun meningkat. Selain itu, revitalisasi saluran irigasi memastikan ketersediaan air yang cukup untuk tanaman padi, sehingga pertumbuhan tanaman menjadi optimal.
Distribusi benih unggul juga berperan penting. Benih unggul yang berkualitas tinggi menghasilkan panen yang lebih melimpah. Program intensifikasi di lahan produktif bertujuan untuk memaksimalkan potensi lahan yang ada, sehingga setiap hektar lahan dapat menghasilkan panen yang maksimal.
Ekspansi Areal Tanam: Menuju Masa Depan yang Lebih Baik
Pemerintah Sultra tidak berhenti sampai di sini. Ke depan, rencana untuk memperluas areal tanam ke wilayah pesisir dan pegunungan menjadi fokus utama. Wilayah-wilayah ini selama ini belum tergarap secara maksimal, sehingga memiliki potensi besar untuk meningkatkan produksi GKP. Dengan pengembangan infrastruktur dan teknologi pertanian yang tepat, diharapkan wilayah-wilayah tersebut dapat berkontribusi signifikan terhadap peningkatan produksi pangan di Sultra.
Dengan pertumbuhan yang stabil dan kebijakan yang konsisten, Sultra menunjukkan potensi besar untuk menjadi salah satu provinsi penyangga pangan nasional. Keberhasilan ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi perekonomian daerah, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Komitmen pemerintah daerah dalam memajukan sektor pertanian patut diapresiasi dan menjadi contoh bagi daerah lain.
"Ke depan, kami ingin memperluas cakupan areal tanam hingga ke wilayah pesisir dan pegunungan yang selama ini belum tergarap maksimal," tambah Rusdin, menunjukkan optimisme untuk masa depan pertanian Sultra.
Kesimpulan
Capaian produksi GKP di Sulawesi Tenggara pada Mei 2025 merupakan bukti nyata keberhasilan program pertanian pemerintah. Peningkatan produksi ini tidak hanya meningkatkan perekonomian daerah, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan pangan nasional. Dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, Sulawesi Tenggara berpotensi menjadi salah satu lumbung pangan Indonesia.