Surplus Neraca Pembayaran RI Cegah Pelemahan Rupiah yang Lebih Dalam
Surplus neraca pembayaran Indonesia tahun 2024 sebesar US$7,2 miliar menahan pelemahan rupiah terhadap dolar AS, meskipun ada tekanan dari kebijakan The Fed dan ketidakpastian global.

Jakarta, 20 Februari 2025 - Analis Bank Woori Saudara, Rully Nova, mengungkapkan bahwa surplus neraca pembayaran Indonesia (NPI) menjadi faktor penahan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Surplus tersebut berhasil meredam dampak negatif dari berbagai tekanan eksternal yang terjadi.
Data terbaru menunjukkan NPI pada tahun 2024 mencapai surplus US$7,2 miliar, meningkat dari surplus US$6,3 miliar pada tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan kinerja ekonomi Indonesia yang tetap solid di tengah gejolak ekonomi global. Peningkatan surplus ini terutama didorong oleh transaksi modal dan finansial yang mencapai surplus US$16,4 miliar.
Meskipun demikian, transaksi berjalan pada tahun 2024 mencatat defisit sebesar US$8,9 miliar. Defisit ini disebabkan oleh penurunan surplus neraca perdagangan barang akibat melemahnya permintaan dari negara mitra dagang utama. Namun, surplus transaksi modal dan finansial berhasil mengimbangi defisit transaksi berjalan, sehingga NPI tetap mencatatkan surplus.
Faktor Pengaruh Pelemahan Rupiah
Rully Nova menjelaskan bahwa pelemahan nilai tukar rupiah juga dipengaruhi oleh faktor eksternal. Salah satunya adalah rilis risalah hasil rapat Federal Reserve (The Fed) yang cenderung hawkish. Hal ini menunjukkan bahwa The Fed masih akan mempertahankan kebijakan moneter yang ketat untuk mengendalikan inflasi.
"Selain target inflasi 2 persen yang sulit dicapai, kebijakan tarif Presiden Trump juga menambah ketidakpastian baru," ungkap Rully, menjelaskan faktor eksternal lain yang mempengaruhi nilai tukar rupiah. Ketidakpastian global ini turut memberikan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.
Meskipun demikian, surplus NPI terbukti mampu menahan pelemahan rupiah yang lebih dalam. Hal ini menunjukkan ketahanan fundamental ekonomi Indonesia.
Pada penutupan perdagangan Kamis, nilai tukar rupiah melemah 13 poin atau 0,08 persen menjadi Rp16.338 per dolar AS. Namun, angka ini masih relatif terkendali berkat surplus NPI. Sebagai perbandingan, Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia justru menguat ke level Rp16.344 per dolar AS.
Rincian Transaksi Neraca Pembayaran
- Transaksi Modal dan Finansial (2024): Surplus US$16,4 miliar (meningkat dari surplus US$9,9 miliar pada 2023)
- Transaksi Berjalan (2024): Defisit US$8,9 miliar (0,6 persen dari PDB), meningkat dari defisit US$2,0 miliar (0,1 persen dari PDB) pada 2023
- Neraca Pembayaran (2024): Surplus US$7,2 miliar
Peningkatan surplus transaksi modal dan finansial didorong oleh aliran masuk modal asing ke investasi langsung dan portofolio, meskipun pasar keuangan global masih diliputi ketidakpastian. Kondisi ini menunjukkan kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia tetap terjaga.
Pelemahan rupiah yang relatif terkendali menunjukkan resiliensi ekonomi Indonesia dalam menghadapi tekanan eksternal. Surplus neraca pembayaran menjadi faktor kunci yang menahan pelemahan nilai tukar rupiah yang lebih dalam. Ke depan, pemerintah dan Bank Indonesia perlu terus menjaga stabilitas ekonomi makro untuk mempertahankan kepercayaan investor dan menjaga nilai tukar rupiah.