Tahukah Anda, Bulog Cirebon Kerahkan 50 Tim Jemput Gabah Bulog? Strategi Baru Perkuat Penyerapan Petani
Perum Bulog Cabang Cirebon meluncurkan strategi baru dengan mengerahkan 50 Tim Jemput Gabah Bulog untuk memaksimalkan penyerapan hasil panen petani langsung di lapangan. Bagaimana dampaknya?

Perum Bulog Cabang Cirebon, Jawa Barat, meluncurkan strategi inovatif untuk memaksimalkan penyerapan hasil panen petani. Sebanyak 50 personel yang tergabung dalam Tim Jemput Gabah Bulog dikerahkan untuk membeli gabah secara langsung dari lahan pertanian.
Langkah ini merupakan gebrakan baru bagi Bulog Cirebon, yang kini ditugaskan untuk membeli gabah dalam kondisi panen, bukan lagi hanya beras atau gabah kering giling (GKG). Kepala Perum Bulog Cirebon, Ramaijon Purba, menyatakan bahwa tim ini dibentuk untuk menjangkau petani lebih dekat.
Tim khusus ini akan disebar di wilayah kerja Bulog Cirebon, meliputi Kabupaten dan Kota Cirebon, Majalengka, serta Kuningan. Penempatan tim disesuaikan dengan masa puncak panen yang berlangsung secara bergantian di berbagai lokasi tersebut.
Strategi Baru Penyerapan Gabah Langsung
Ramaijon Purba menjelaskan bahwa pembentukan Tim Jemput Gabah Bulog ini merupakan upaya pertama yang dilakukan Bulog Cirebon. Sebanyak 50 personel, terdiri dari karyawan organik dan outsourcing, diberdayakan sepenuhnya untuk tugas penjemputan gabah ini.
Tim ini bertugas melakukan pembelian langsung ke petani berdasarkan informasi titik panen yang diperoleh dari Bintara Pembina Desa (Babinsa) dan penyuluh pertanian. Babinsa dan penyuluh pertanian berperan aktif memantau kondisi di lapangan, memastikan informasi akurat sampai ke tim Bulog.
Dengan jumlah personel yang memadai, 50 petugas Tim Jemput Gabah Bulog ini mampu menjangkau hingga 150 titik panen. Hal ini menunjukkan keseriusan Bulog dalam mendekatkan diri kepada petani dan memastikan penyerapan gabah berjalan efektif.
Antusiasme Petani dan Harga Kompetitif
Strategi penjemputan gabah langsung ini mendapat sambutan positif dan antusiasme tinggi dari para petani. Mereka merespons positif harga pembelian gabah oleh Bulog yang ditetapkan sebesar Rp6.500 per kilogram, dinilai kompetitif di pasaran.
Tingginya antusiasme ini bahkan membuat proses pendaftaran penjualan gabah ke Bulog harus dilakukan sehari sebelumnya. Penjadwalan ini diatur melalui koordinasi erat dengan Babinsa dan penyuluh pertanian setempat, memastikan kelancaran proses penjemputan.
Sistem koordinasi ini membantu mengatur jadwal penjemputan gabah agar tidak terjadi penumpukan dan semua petani yang berminat dapat terlayani dengan baik. Hal ini juga menunjukkan transparansi dalam proses pembelian gabah dari petani.
Kolaborasi Mitra dan Capaian Penyerapan Signifikan
Selain mengandalkan tim internal, Bulog Cirebon juga mengoptimalkan peran mitra untuk turut serta menyerap gabah petani. Mitra-mitra ini diinstruksikan untuk membeli gabah dengan harga yang sama, sehingga volume penyerapan dapat meningkat secara signifikan dan merata di seluruh wilayah kerja.
Kolaborasi dengan mitra ini didukung penuh oleh sinergi bersama Babinsa dari TNI dan penyuluh dari Kementerian Pertanian. Keterlibatan mereka memastikan bahwa seluruh proses penyerapan berjalan transparan, adil, dan menguntungkan bagi petani.
Hingga 31 Juli 2025, Bulog Cirebon mencatat capaian penyerapan gabah petani yang sangat impresif, mencapai 133.624 ton setara beras. Angka ini merupakan yang tertinggi dalam lima tahun terakhir, menunjukkan keberhasilan strategi ini dalam memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP) di wilayah tersebut.
Saat ini, stok cadangan beras pemerintah di gudang Bulog Cirebon telah mencapai 175 ribu ton. Stok ini tersimpan aman di 10 kompleks gudang induk milik Bulog, 44 gudang filial, dan empat gudang sewa dari pihak swasta di wilayah Cirebon dan sekitarnya, menjamin ketersediaan pangan bagi masyarakat.