Tahukah Anda? Buol Kembangkan Padi Gogo di Lahan Kering, Solusi Hadapi Krisis Pangan Global
Pemerintah Kabupaten Buol gencar budi daya padi gogo di lahan kering perkebunan. Inisiatif ini menjadi langkah strategis Padi Gogo Buol dalam menghadapi ancaman krisis pangan global dan perubahan iklim.

Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Buol di Sulawesi Tengah (Sulteng) mengambil langkah inovatif dalam memperkuat ketahanan pangan daerah. Mereka kini memanfaatkan lahan-lahan kering yang berada di sela tanaman perkebunan untuk budi daya padi gogo. Inisiatif ini diharapkan mampu menjadi solusi konkret dalam menghadapi potensi krisis pangan global serta dampak perubahan iklim yang semakin nyata.
Gerakan tanam perdana padi gogo tumpang sisip lahan perkebunan ini secara resmi dimulai dari Desa Momunu, Kecamatan Momunu. Program ini merupakan bagian integral dari agenda nasional yang bertujuan mendukung ketahanan pangan dan transformasi sektor pertanian di seluruh wilayah Indonesia. Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Buol, Moh Yamin Rahim, menegaskan pentingnya program ini sebagai respons terhadap arahan Presiden RI dan Menteri Pertanian.
Penanaman padi gogo ini dilakukan di lahan milik Kelompok Tani Berdikari dengan menggunakan varietas unggul Infago. Selain budi daya padi gogo, pemerintah daerah juga tengah mempersiapkan program cetak sawah seluas 1.000 hektare yang rencananya akan dimulai pekan depan. Target penanaman untuk program cetak sawah ini ditetapkan pada September mendatang, menunjukkan komitmen serius Pemkab Buol dalam mencapai swasembada pangan.
Inovasi Padi Gogo di Lahan Perkebunan
Pemanfaatan lahan kering untuk budi daya padi gogo merupakan strategi cerdas yang diterapkan oleh Pemkab Buol. Metode tumpang sisip di sela tanaman perkebunan memungkinkan optimalisasi lahan yang sebelumnya kurang produktif untuk tanaman pangan. Langkah ini tidak hanya meningkatkan efisiensi penggunaan lahan, tetapi juga membuka peluang baru bagi petani untuk diversifikasi pendapatan mereka.
Moh Yamin Rahim menjelaskan bahwa pemilihan padi gogo varietas Infago didasarkan pada keunggulannya yang cocok untuk kondisi lahan kering. Varietas ini diharapkan dapat memberikan hasil panen yang optimal meskipun ditanam di lingkungan yang tidak selalu ideal untuk padi sawah konvensional. Pendekatan ini sejalan dengan upaya pemerintah pusat untuk mencari solusi adaptif terhadap tantangan pertanian di berbagai daerah.
Integrasi subsektor tanaman pangan dan perkebunan melalui budi daya padi gogo diharapkan mampu mendorong kesejahteraan petani secara signifikan. Dengan adanya dua sumber pendapatan dari lahan yang sama, risiko kegagalan panen dapat diminimalisir. Pemkab Buol berharap inisiatif ini dapat menjadikan daerah mereka sebagai model swasembada pangan yang berkelanjutan.
Program Cetak Sawah dan Dukungan Pemerintah
Selain budi daya padi gogo, Pemkab Buol juga menginisiasi program cetak sawah baru seluas 1.000 hektare. Dari total target tersebut, 500 hektare lahan di Kabupaten Buol sudah siap untuk digarap. Program ini merupakan bagian dari upaya pemerintah pusat untuk mempercepat pencapaian target ketahanan pangan nasional melalui perluasan area tanam padi.
Untuk memastikan keberhasilan program ini, para petani dan penyuluh akan diberikan pelatihan teknis yang komprehensif. Pelatihan ini bertujuan agar penanaman berjalan optimal sesuai dengan kondisi lahan yang ada. Pemerintah daerah juga siap memberikan dukungan penuh mulai dari penyediaan benih, pupuk, pendampingan teknis, hingga fasilitasi pemasaran hasil panen.
Dukungan menyeluruh ini menunjukkan komitmen Pemkab Buol dalam menciptakan ekosistem pertanian yang kondusif. Dengan adanya jaminan ketersediaan sarana produksi dan pendampingan ahli, petani diharapkan dapat mengelola lahan mereka dengan lebih efektif. Ini adalah langkah penting untuk meningkatkan produktivitas dan memastikan keberlanjutan sektor pertanian di Buol.
Komitmen Bersama untuk Ketahanan Pangan
Perwakilan dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Femmi Norfahmi, menekankan pentingnya komitmen bersama dari berbagai pihak. Swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani tidak dapat dicapai tanpa kerja sama yang solid antara pemerintah, petani, dan penyuluh. Sinergi ini menjadi kunci utama dalam mewujudkan cita-cita pertanian yang maju dan mandiri.
Norfahmi juga menyoroti peran strategis petani dan penyuluh sebagai garda terdepan pembangunan pertanian nasional. Mereka adalah ujung tombak yang berinteraksi langsung dengan lahan dan masyarakat. Oleh karena itu, peningkatan kapasitas dan kesejahteraan mereka menjadi prioritas dalam setiap program pertanian yang dijalankan.
Inisiatif di Buol ini menjadi contoh nyata bagaimana inovasi dan kolaborasi dapat menghasilkan solusi efektif untuk tantangan pangan. Dengan memanfaatkan potensi lokal dan dukungan yang terarah, Kabupaten Buol berambisi menjadi pionir dalam mewujudkan ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan bagi seluruh masyarakatnya.