Tarif Trump: Diplomat Proyeksikan Tatanan Dunia Makin Melemah, Indonesia Perlu Perkuat Ketahanan Nasional
Mantan Menlu Hassan Wirajud memproyeksikan melemahnya tatanan dunia akibat kebijakan tarif Trump, mendorong Indonesia untuk memperkuat ketahanan nasional di berbagai sektor.

Jakarta, 10 Mei 2024 (ANTARA) - Mantan Menteri Luar Negeri Indonesia periode 2001-2009, Hassan Wirajud, memproyeksikan melemahnya tatanan dunia pasca-kebijakan tarif yang diterapkan pemerintahan Trump. Kebijakan ini, yang memberlakukan tarif dasar minimal 10 persen ke berbagai negara termasuk Indonesia, dinilai akan semakin memperburuk situasi global.
Dalam sebuah seminar publik daring di Jakarta, Hassan menyatakan, "Tatanan dunia yang kita miliki sekarang, atau existing world order di bidang politik dan keamanan, serta di bidang ekonomi akan terus melemah, menuju chaos."
Pernyataan tersebut disampaikan Hassan, yang juga Rektor Universitas Prasetiya Mulya, didasari oleh berbagai faktor. Ia melihat kegagalan reformasi global dalam beberapa dekade terakhir sebagai penyebab utama melemahnya tatanan dunia. Hal ini mengarah pada meningkatnya unilateralisme dan ketidakstabilan global.
Kegagalan Reformasi Global dan Unilateralism AS
Hassan menunjuk kegagalan reformasi Dewan Keamanan PBB sejak 1995-2010 sebagai salah satu faktor utama. Upaya untuk menambah anggota tetap dari 10 menjadi 15 anggota gagal, yang berdampak pada meningkatnya unilateralisme Amerika Serikat. Hal ini terlihat jelas dalam agresi militer AS terhadap Afghanistan dan Iran.
Ia menambahkan, "Kombinasi antara kegagalan reformasi PBB dan kebijakan unilateralisme Amerika, melemahkan multilateralisme yang menjadikan tatanan dunia menjadi lebih tidak efektif."
Kegagalan serupa juga terjadi pada Institusi Bretton Woods (IMF dan Bank Dunia) karena penolakan Amerika Serikat terhadap reformasi. Hal ini, menurut Hassan, berujung pada melemahnya tatanan ekonomi global.
Ketegangan AS-China-Rusia dan Perang Dagang
Lebih lanjut, Hassan memprediksi ketegangan antara AS, China, dan Rusia akan berlangsung lama. Hal ini disebabkan oleh trust deficit yang diperparah oleh kebijakan tarif Trump. Kesepakatan tarif antara AS dan China pun dinilai tidak cukup untuk mengurangi ketegangan.
"Perang dagang yang dimaksud Trump, sejak masa kepresidenan pertama tidak hanya berkaitan dengan trade of goods, tapi juga persaingan militer, IT termasuk AI, dan persaingan menduduki bulan dan Mars. Karena itu (ketegangan) akan berjangka waktu panjang," ujar Hassan.
Ia menekankan bahwa persaingan ini bukan hanya sebatas perdagangan barang, tetapi juga mencakup berbagai aspek, termasuk teknologi canggih dan eksplorasi luar angkasa.
Pentingnya Ketahanan Nasional Indonesia
Mengantisipasi proyeksi pelemahan tatanan dunia ini, Hassan menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk membangun ketahanan nasional di berbagai bidang. Ia mengingatkan pentingnya belajar dari konflik di Suriah, yang mengakibatkan ratusan ribu kematian dan jutaan pengungsi, sebagai contoh nyata kegagalan kerja sama regional.
Hassan menggambarkan tatanan dunia sebagai "payung besar" yang melindungi 193 negara anggota dari berbagai ancaman. "Payung itu sudah bolong-bolong. Tanpa kerjasama regional yang efektif, tanpa ada regional order, maka negara-negara berkelimpangan menjadi negara gagal atau menuju gagal," katanya.
Kesimpulannya, melemahnya tatanan dunia akibat kebijakan proteksionis dan meningkatnya unilateralisme menjadi tantangan serius bagi Indonesia. Penguatan ketahanan nasional di berbagai sektor menjadi kunci untuk menghadapi ketidakpastian global yang semakin meningkat.