IHSG Diprediksi Mendatar: Tarif AS Picu Sentimen Negatif
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak mendatar di tengah pemberlakuan tarif baru oleh AS terhadap Meksiko, Kanada, dan China, yang meningkatkan kekhawatiran akan perang dagang global.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) diperkirakan bergerak mendatar pada Rabu, 5 Maret 2025, di tengah pemberlakuan tarif baru oleh Amerika Serikat (AS) terhadap beberapa negara mitra dagang, termasuk Meksiko dan Kanada. Pemberlakuan tarif ini, yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump, mengakibatkan sentimen negatif di pasar global dan berdampak pada pergerakan IHSG. Hal ini terjadi karena kekhawatiran meningkatnya eskalasi perang dagang global dan dampaknya terhadap perekonomian Indonesia.
IHSG dibuka menguat, namun prediksi pelemahan diprediksi terjadi seiring minimnya katalis positif. Pemberlakuan tarif baru ini, sebesar 25 persen untuk impor dari Meksiko dan Kanada serta bea masuk dua kali lipat untuk barang-barang China, telah memicu reaksi dari negara-negara yang terkena dampak, yang mengancam akan melakukan aksi balasan. Situasi ini meningkatkan risiko terjadinya perang dagang global yang meluas.
Penurunan di pasar saham global, termasuk penurunan signifikan di Eropa dan Wall Street, semakin memperkuat sentimen negatif. Investor khawatir akan dampak jangka panjang dari kebijakan proteksionis AS terhadap perdagangan internasional dan pertumbuhan ekonomi global. Situasi ini turut mempengaruhi pergerakan IHSG di pasar domestik.
Analisis Pergerakan IHSG
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas memprediksi pergerakan IHSG akan sideways (mendatar) karena minimnya katalis positif. Sentimen eksternal masih cenderung negatif, dengan potensi eskalasi dalam beberapa hari ke depan. Pemberlakuan tarif baru oleh AS telah memicu reaksi dari Kanada dan Meksiko yang berencana melakukan aksi balasan, meningkatkan risiko perang dagang global. Situasi ini diperparah dengan rencana penerapan reciprocal tariff pada April 2025.
Penurunan tajam di indeks-indeks saham utama Eropa, seperti STOXX 600, DAX Jerman, FTSE 100 Inggris, dan CAC 40 Prancis, menunjukkan dampak negatif dari kebijakan tarif AS terhadap pasar global. Penurunan ini menandakan kekhawatiran investor yang meningkat setelah tarif resmi diberlakukan, menghapus harapan adanya penundaan negosiasi.
Penutupan Wall Street yang melemah pada Selasa, 4 Maret 2025, juga memberikan sinyal negatif. Indeks Dow Jones, S&P 500, dan Nasdaq Composite semuanya mengalami penurunan, dengan indeks Nasdaq mendekati zona koreksi. Hal ini menunjukkan dampak langsung dari meningkatnya ketegangan perdagangan akibat kebijakan tarif AS.
Meskipun beberapa bursa saham regional Asia menunjukkan penguatan, seperti Nikkei dan Kuala Lumpur, namun pelemahan di Shanghai menunjukkan masih adanya ketidakpastian di pasar global. Secara keseluruhan, sentimen pasar masih dibayangi oleh potensi eskalasi perang dagang.
Dampak dan Prospek
Pemberlakuan tarif AS berpotensi menimbulkan dampak negatif terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia. Sebagai negara yang terintegrasi dalam perdagangan internasional, Indonesia rentan terhadap dampak perang dagang. Potensi penurunan ekspor dan investasi asing langsung dapat menekan pertumbuhan ekonomi.
Pemerintah Indonesia perlu mempersiapkan strategi untuk menghadapi dampak negatif dari perang dagang. Diversifikasi pasar ekspor, peningkatan daya saing produk dalam negeri, dan penguatan kerjasama ekonomi regional menjadi langkah-langkah penting untuk mengurangi dampak negatif.
Investor juga perlu mencermati perkembangan situasi global dan mengelola portofolio investasi dengan hati-hati. Diversifikasi investasi dan strategi manajemen risiko yang tepat dapat membantu meminimalisir potensi kerugian.
Secara keseluruhan, situasi saat ini menunjukkan ketidakpastian yang tinggi di pasar global. Perkembangan selanjutnya dari perang dagang akan sangat mempengaruhi pergerakan IHSG dan pasar saham lainnya di dunia. Pemantauan yang cermat terhadap perkembangan situasi global sangat penting bagi investor dan pelaku pasar.