Terungkap! Pemerintah Siapkan Skema Insentif untuk Pengasuh, Mengakui Peran Vital dalam Ekonomi Pengasuhan
Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga sedang merancang skema insentif bagi para pengasuh, termasuk ibu rumah tangga, untuk mengakui peran krusial mereka dalam ekonomi pengasuhan yang sering tidak dihargai secara finansial.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga tengah mempersiapkan sebuah skema insentif yang ditujukan bagi para pengasuh. Inisiatif ini merupakan langkah progresif untuk mengakui dan memberikan nilai ekonomi pada pekerjaan pengasuhan yang selama ini kerap dianggap informal dan tidak berbayar. Rencana ini diungkapkan oleh Deputi Pengendalian Penduduk Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, Bonivasius Prasetya Ichtiarto, di Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu lalu.
Skema insentif ini dirancang untuk mencakup berbagai bentuk pengasuhan, tidak hanya terbatas pada pengasuhan anak, tetapi juga perawatan lansia, individu sakit, dan penyandang disabilitas. Bonivasius menjelaskan bahwa pekerjaan formal memiliki gaji yang jelas, namun pekerjaan informal seperti pengasuhan seringkali tidak mendapatkan imbalan finansial. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mengkuantifikasi nilai ekonomi dari aktivitas-aktivitas tersebut dalam kerangka ekonomi pengasuhan.
Langkah ini diharapkan dapat memberikan pengakuan yang layak bagi para pengasuh, mayoritas di antaranya adalah ibu rumah tangga, yang perannya sangat vital dalam menopang keluarga dan masyarakat. Dengan adanya skema ini, pemerintah ingin memastikan bahwa kontribusi mereka tidak lagi terabaikan dan mendapatkan dukungan yang sesuai. Ini juga menjadi bagian dari upaya pemerintah untuk menciptakan ekosistem yang lebih adil dan mendukung bagi semua lapisan masyarakat.
Mengenal Konsep Ekonomi Pengasuhan dan Urgensinya
Ekonomi pengasuhan merujuk pada seluruh aktivitas yang melibatkan perawatan dan dukungan bagi individu yang membutuhkan, baik itu anak-anak, lansia, atau mereka yang sakit dan memiliki disabilitas. Aktivitas ini seringkali dilakukan di dalam rumah tangga tanpa imbalan finansial, sehingga nilai ekonominya tidak tercatat dalam perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB) konvensional. Padahal, pekerjaan ini sangat fundamental bagi keberlangsungan sosial dan ekonomi suatu negara.
Bonivasius Prasetya Ichtiarto menekankan bahwa merawat orang tua, anak-anak, atau individu yang sakit adalah pekerjaan yang seringkali tidak dibayar. Dalam skema ekonomi pengasuhan yang sedang dirancang, nilai ekonomi dari aktivitas-aktivitas tersebut akan dihitung dan diakui. Hal ini penting untuk memberikan visibilitas pada kontribusi yang selama ini tersembunyi dan memastikan bahwa para pelaku pengasuhan tidak kehilangan kesempatan produktif lainnya karena peran mereka.
Pemerintah menyadari bahwa banyak perempuan, khususnya ibu, seringkali harus memilih antara pekerjaan formal dan mengasuh anak. Jika seorang ibu mengasuh anaknya, ia mungkin kehilangan kesempatan untuk bekerja, yang secara umum dianggap sebagai kehilangan pekerjaan. Untuk mengatasi dilema ini, pemerintah telah menyusun rencana aksi untuk ekonomi pengasuhan, yang diharapkan dapat memberikan solusi komprehensif bagi para pengasuh.
Bentuk Dukungan Pemerintah dan Program Terkait
Pemerintah telah merancang beberapa program untuk membantu perempuan tetap produktif sambil menjalankan peran pengasuhan mereka. Salah satu contoh terbaru adalah program Tamasya, yang menyediakan pusat penitipan anak berbasis tempat kerja. Program ini memungkinkan para ibu untuk tetap bekerja tanpa harus khawatir tentang pengasuhan anak-anak mereka, sehingga mendukung produktivitas dan kemandirian ekonomi.
Meskipun demikian, Bonivasius menjelaskan bahwa dukungan yang akan diberikan pemerintah tidak selalu dalam bentuk insentif langsung berupa uang tunai. Bentuk dukungan bisa sangat beragam, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi para pengasuh. Misalnya, dukungan dapat berupa penyediaan pengasuh profesional ketika individu usia produktif memasuki usia lanjut, sebuah model yang telah diterapkan di beberapa negara maju.
Pemerintah akan menghitung nilai dari setiap aktivitas dalam ekonomi pengasuhan. Sebagai contoh, jika seorang perempuan tidak bekerja tetapi mengasuh anaknya, akan ada dukungan dari pemerintah. Konsep ini mirip dengan apa yang diterapkan di negara-negara Skandinavia, di mana nilai pengasuhan terhadap orang tua diakui, meskipun tidak dalam bentuk uang. Pengakuan ini memberikan hak bagi individu yang telah mengasuh untuk mendapatkan dukungan pengasuhan dari pemerintah saat mereka sendiri memasuki usia lanjut.