Toyota Dorong Bioetanol untuk Tingkatkan Pendapatan Per Kapita RI
Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) mendorong pengembangan bioetanol di Indonesia untuk meningkatkan daya beli dan pendapatan per kapita masyarakat, memanfaatkan potensi sumber daya alam serta kerja sama internasional.

Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) berinisiatif mendorong pengembangan bioetanol sebagai energi ramah lingkungan. Langkah ini diyakini mampu meningkatkan daya beli dan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia. Inisiatif ini diungkapkan Wakil Presiden Direktur TMMIN, Bob Azam, di Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (16/5).
Menurut Bob Azam, pengembangan bioetanol di Indonesia memiliki potensi besar karena ketersediaan bahan baku yang melimpah, seperti jagung, tebu, dan kelapa sawit. Ia menekankan pentingnya pengembangan ekonomi energi yang bersumber dari kekuatan alam Indonesia.
Bob Azam juga menyoroti peran penting petani dalam keberhasilan pengembangan bioetanol. Ia mencontohkan keberhasilan Indonesia dalam meningkatkan pendapatan per kapita hingga tiga kali lipat antara tahun 2002 hingga 2012, yang sebagian besar didorong oleh peran 5 juta petani sawit.
Pengembangan Bioetanol: Peran Petani dan Kerja Sama Internasional
Untuk mencapai target pengembangan bioetanol, Bob Azam menyarankan peningkatan peran petani sebagai produsen bahan baku. Selain itu, ia juga mendorong pemerintah untuk meningkatkan kerja sama Selatan-Selatan, khususnya dengan Brasil dan India. Kedua negara ini dinilai memiliki kesamaan dalam hal jumlah penduduk, daya beli, dan kebutuhan energi serta transportasi.
Bob Azam mengingatkan bahwa Brasil, yang pernah belajar pengembangan bioetanol dari Indonesia pada tahun 1970-an, kini telah menjadi produsen bioetanol terbesar di dunia. Hal ini menunjukkan potensi besar pengembangan bioetanol jika dikelola dengan baik.
Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa kerja sama internasional dapat mempercepat proses transfer teknologi dan pengetahuan, sehingga Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan menjadi pemain utama dalam industri bioetanol global.
Potensi Bahan Baku Bioetanol di Indonesia
Pertamina (Persero) telah memulai pengembangan tiga bahan baku bioetanol, yaitu sorgum, nipah, dan tandan buah kosong kelapa sawit (palm oil empty fruit bunch). Pengembangan sorgum dinilai potensial karena tanaman ini cukup banyak dibudidayakan di Indonesia.
Penggunaan sorgum sebagai bahan baku bioetanol juga dapat menjadi program substitusi impor gandum, yang rata-rata mencapai 9,6 juta ton per tahun. Hal ini akan mendorong peningkatan produksi dan diversifikasi produk pangan.
Sementara itu, pengembangan bioetanol dari nipah memanfaatkan getah pohon mangrove, mengingat Indonesia memiliki keanekaragaman hayati mangrove yang melimpah, yaitu 48 jenis mangrove.
Dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada, pengembangan bioetanol di Indonesia tidak hanya akan meningkatkan pendapatan per kapita, tetapi juga berkontribusi pada ketahanan energi nasional dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar fosil.
Inisiatif Toyota ini diharapkan dapat menjadi katalisator bagi pengembangan bioetanol di Indonesia, membuka peluang ekonomi baru bagi petani dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan.