Trump Berencana Cabut Sanksi terhadap Suriah: Harapan Baru atau Risiko Besar?
Presiden AS Donald Trump berencana mencabut sanksi terhadap Suriah setelah berkonsultasi dengan pemimpin Turki dan Arab Saudi, memicu harapan dan kekhawatiran sekaligus.

Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengumumkan rencana untuk mencabut sanksi terhadap Suriah. Pengumuman mengejutkan ini disampaikan pada Selasa di Riyadh, Arab Saudi, setelah Trump melakukan konsultasi dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman. Keputusan ini menimbulkan pertanyaan besar tentang implikasi geopolitiknya bagi kawasan Timur Tengah yang tengah bergejolak.
Trump menyebut sanksi-sanksi tersebut 'brutal dan melumpuhkan', menghalangi kemajuan Suriah. Ia optimistis bahwa pencabutan sanksi akan memberikan peluang bagi Suriah untuk bangkit kembali. "Saya akan memerintahkan pencabutan sanksi terhadap Suriah demi memberi mereka peluang mewujudkan kejayaannya," tegas Trump dalam forum investasi tersebut. Pernyataan ini disampaikan sehari setelah Trump menyatakan tengah mempertimbangkan langkah tersebut.
Langkah Trump ini bukan tanpa preseden. Presiden Prancis Emmanuel Macron sebelumnya juga menyatakan niat Uni Eropa untuk mencabut sanksi secara bertahap. Hal ini menunjukkan adanya pergeseran signifikan dalam kebijakan Barat terhadap Suriah, yang selama ini dibebani sanksi berat akibat konflik dan situasi politik dalam negeri.
Reaksi Internasional dan Analisis Kebijakan
Pengumuman Trump telah memicu beragam reaksi dari komunitas internasional. Beberapa pihak menyambutnya sebagai langkah positif yang dapat membantu stabilisasi Suriah dan mendorong rekonstruksi pasca-konflik. Namun, banyak pihak lain yang skeptis, khawatir pencabutan sanksi akan menguntungkan rezim Bashar al-Assad dan mengabaikan pelanggaran HAM yang telah terjadi selama bertahun-tahun.
Para pengamat politik internasional mempertanyakan motivasi di balik keputusan Trump. Beberapa berpendapat bahwa ini merupakan bagian dari strategi Trump untuk memperkuat hubungan dengan Turki dan Arab Saudi, dua sekutu penting Amerika Serikat di kawasan tersebut. Yang lain menengarai adanya pertimbangan ekonomi, melihat potensi keuntungan bisnis di Suriah pasca-konflik.
Terlepas dari motifnya, keputusan ini berpotensi menimbulkan konsekuensi yang signifikan. Pencabutan sanksi dapat memperkuat posisi Assad, yang telah menghadapi tekanan internasional selama bertahun-tahun. Di sisi lain, hal ini juga dapat membuka jalan bagi investasi asing dan bantuan internasional untuk membantu pembangunan kembali Suriah.
Pertemuan dengan Pejabat Suriah
Seorang pejabat Gedung Putih mengkonfirmasi rencana pertemuan antara Trump dan Presiden Suriah Ahmed Al-Sharaa di Arab Saudi. Meskipun detail pertemuan tersebut masih belum diungkapkan, hal ini menunjukkan keseriusan Trump dalam menjalankan rencana pencabutan sanksi. Selain itu, Trump juga menyebutkan rencana pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Menteri Luar Negeri Suriah Asaad Al-Shaibani di Turki.
Pertemuan-pertemuan ini menandakan upaya diplomasi yang intensif antara Amerika Serikat dan Suriah. Namun, keberhasilan upaya ini masih dipertanyakan, mengingat kompleksitas situasi politik di Suriah dan perbedaan pandangan antara negara-negara Barat dan Rusia mengenai masa depan Suriah.
Rencana pertemuan tersebut juga menimbulkan pertanyaan tentang peran Rusia dalam negosiasi ini. Rusia telah menjadi sekutu utama Assad selama konflik, dan peran mereka dalam setiap kesepakatan mengenai masa depan Suriah akan sangat penting.
Dampak Pencabutan Sanksi
Pencabutan sanksi terhadap Suriah berpotensi memiliki dampak yang luas dan kompleks. Di satu sisi, hal ini dapat membantu perekonomian Suriah yang hancur akibat perang. Investasi asing dan bantuan internasional dapat mengalir masuk, membantu pembangunan kembali infrastruktur dan menciptakan lapangan kerja.
Namun, di sisi lain, hal ini juga dapat memperkuat rezim Assad, yang telah dituduh melakukan pelanggaran HAM yang serius. Kekhawatiran muncul bahwa pencabutan sanksi dapat memberikan legitimasi kepada rezim tersebut dan menghambat upaya pertanggungjawaban atas pelanggaran HAM yang telah terjadi.
Oleh karena itu, pencabutan sanksi harus diiringi dengan mekanisme yang memastikan bahwa bantuan internasional digunakan secara bertanggung jawab dan untuk kepentingan rakyat Suriah, bukan untuk memperkuat rezim Assad. Pemantauan yang ketat dan mekanisme akuntabilitas sangat penting untuk mencegah penyalahgunaan bantuan tersebut.
Kesimpulannya, rencana Trump untuk mencabut sanksi terhadap Suriah merupakan langkah yang berani dan berisiko. Meskipun dapat membawa harapan bagi pembangunan kembali Suriah, hal ini juga menimbulkan kekhawatiran tentang dampak politik dan kemanusiaan yang lebih luas. Pemantauan yang cermat dan mekanisme akuntabilitas yang kuat sangat penting untuk memastikan bahwa pencabutan sanksi ini benar-benar menguntungkan rakyat Suriah.