Tujuh Kebiasaan Dahsyat Cegah 'Brain Rot' pada Anak Muda Indonesia
Stafsus Mendiksasmen, Ma'ruf El Rumi, ungkap program 'Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat' sebagai solusi efektif cegah penurunan kemampuan kognitif akibat penggunaan media sosial yang berlebihan.

Staf Khusus Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Stafsus Mendikbudristek), Ma'ruf El Rumi, baru-baru ini mengungkapkan program inovatif 'Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat' sebagai upaya pencegahan 'brain rot' pada generasi muda. 'Brain rot', atau pembusukan otak, merupakan fenomena penurunan kemampuan kognitif dan daya ingat akibat konsumsi konten digital berkualitas rendah yang berlebihan. Program ini diluncurkan sebagai respons terhadap meningkatnya penggunaan gawai dan media sosial yang berdampak negatif pada perkembangan anak muda Indonesia.
Menurut Ma'ruf, program ini menekankan pentingnya interaksi sosial langsung sebagai penyeimbang penggunaan teknologi. Ia menjelaskan, "Dalam tujuh kebiasaan itu salah satunya terkait dengan bermasyarakat. Kalau kemudian pelajar bisa terlibat aktif dalam kegiatan bermasyarakat, bermain dengan teman sebaya, aktif di lingkungan baik dengan karang taruna, remaja masjid atau mushala, tentu membuat mereka bisa mengurangi intensitas dengan gawai." Hal ini diungkapkan Ma'ruf saat menjadi pembicara dalam pelatihan menulis kreatif di Antara Heritage Center, Jakarta.
Tujuh kebiasaan tersebut meliputi bangun pagi, beribadah, berolahraga, makan sehat dan bergizi, gemar belajar, tidur cepat, dan yang terpenting, aktif bermasyarakat. Kemendikbudristek berharap kebiasaan-kebiasaan ini dapat menjadi rutinitas harian pelajar Indonesia untuk mencegah 'brain rot' dan mendukung perkembangan holistik mereka. Ma'ruf menambahkan bahwa anak muda saat ini cenderung lebih banyak berinteraksi melalui gim daring, sehingga mengurangi interaksi sosial langsung dengan lingkungan sekitar.
Mencegah Brain Rot Lewat Interaksi Sosial
Salah satu fokus utama program 'Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat' adalah mendorong interaksi sosial di dunia nyata. Ma'ruf menjelaskan, "Anak-anak muda sekarang cenderung lebih banyak bergaul lewat gim daring, yang membuat mereka tidak berinteraksi dengan masyarakat sekitar dan lebih mengenal orang-orang jauh dibandingkan tetangga mereka sendiri." Untuk mengatasi hal ini, Kemendikbudristek juga menekankan pentingnya sistem penerimaan murid baru yang mempertimbangkan domisili. Dengan bersekolah di lingkungan sekitar tempat tinggal, diharapkan anak-anak dapat lebih mengenal tetangga dan komunitas mereka.
Lebih lanjut, Ma'ruf menjelaskan bahwa program ini bukan hanya sekedar himbauan, tetapi juga bagian dari strategi holistik untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan kesejahteraan anak muda Indonesia. Kemendikbudristek menyadari pentingnya keseimbangan antara kemajuan teknologi dan interaksi sosial dalam perkembangan anak. Oleh karena itu, program ini dirancang untuk memberikan panduan praktis dan mudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, Kemendikbudristek juga berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk mengatur penggunaan media sosial bagi pelajar dan anak-anak yang belum cukup umur. Kerja sama ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan digital yang lebih sehat dan aman bagi perkembangan anak-anak Indonesia.
Kebiasaan Sehat untuk Otak yang Tajam
Program 'Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat' tidak hanya fokus pada interaksi sosial, tetapi juga mencakup kebiasaan sehat lainnya yang mendukung fungsi kognitif optimal. Kebiasaan bangun pagi, misalnya, membantu mengatur ritme sirkadian tubuh, yang penting untuk konsentrasi dan produktivitas. Beribadah memberikan ketenangan dan keseimbangan emosional, sementara berolahraga meningkatkan aliran darah ke otak dan meningkatkan fungsi kognitif.
Konsumsi makanan sehat dan bergizi juga sangat penting untuk kesehatan otak. Nutrisi yang cukup memberikan energi dan bahan bakar yang dibutuhkan otak untuk berfungsi optimal. Gemar belajar, tentu saja, merupakan kunci untuk pengembangan kognitif, sementara tidur yang cukup memungkinkan otak untuk memproses informasi dan memperbaiki diri. Kombinasi dari kebiasaan-kebiasaan ini menciptakan sinergi yang kuat dalam mencegah 'brain rot' dan mendukung perkembangan otak yang sehat.
Dengan menggabungkan aspek sosial, fisik, dan mental, program ini menawarkan pendekatan komprehensif untuk memastikan generasi muda Indonesia tumbuh sehat, cerdas, dan siap menghadapi tantangan masa depan. Program ini juga menekankan pentingnya peran keluarga dan komunitas dalam mendukung penerapan kebiasaan-kebiasaan tersebut.
Kesimpulan
Program 'Tujuh Kebiasaan Anak Indonesia Hebat' merupakan sebuah inisiatif penting dalam menghadapi tantangan 'brain rot' di era digital. Dengan pendekatan holistik yang menggabungkan interaksi sosial, kebiasaan sehat, dan regulasi penggunaan media sosial, program ini berpotensi besar untuk menciptakan generasi muda Indonesia yang cerdas, sehat, dan siap menghadapi masa depan.