UI Ciptakan Arofah: Alat Pemurnian Air Ramah Lingkungan
Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo dari UI menciptakan alat pemurnian air Arofah yang ramah lingkungan, memberikan akses air minum bersih gratis dan mengurangi limbah plastik.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Prof. Dr. Ir. Setijo Bismo, DEA, seorang dosen di Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI), menciptakan alat pemurnian air bernama Arofah. Alat ini diluncurkan di Kampus UI Depok pada Selasa, 22 April, sebagai solusi ramah lingkungan untuk menyediakan akses air minum bersih dan mengurangi limbah plastik dari kemasan air minum. Arofah dirancang untuk mengatasi masalah akses air bersih dan polusi plastik, memanfaatkan teknologi canggih untuk memurnikan berbagai sumber air. Inovasi ini diwujudkan berkat Hibah Pengabdian Masyarakat dari PT Freeport Indonesia.
Arofah telah melalui uji laboratorium selama satu tahun di Departemen Teknik Kimia FTUI dan akan diuji lebih lanjut di Labkesda. Setelah uji coba, 19 unit Arofah telah dipasang di berbagai lokasi di lingkungan FTUI, memberikan akses air bersih kepada ratusan dosen dan tenaga kependidikan. Hal ini menunjukkan komitmen UI terhadap keberlanjutan lingkungan dan inovasi teknologi.
Keunggulan Arofah terletak pada sistem filtrasi multi-tahap, termasuk teknologi reverse osmosis, yang menghasilkan air steril, kaya mineral, dan berstruktur heksagonal. Air hasil olahan Arofah dinilai aman dikonsumsi dan dapat dihasilkan dari berbagai sumber, mulai dari air hujan, air sumur, air PAM, hingga air dari danau, sungai, AC, dan bahkan air banjir. Inovasi ini menjawab tantangan ketersediaan air bersih dan pengelolaan limbah.
Inovasi Arofah: Solusi Air Bersih Ramah Lingkungan
Arofah menawarkan solusi inovatif dalam penyediaan air bersih. Teknologi reverse osmosis yang digunakan memastikan air yang dihasilkan aman dan sehat untuk dikonsumsi. Sistem filtrasi multi-tahap menghilangkan kontaminan dan menghasilkan air dengan kualitas yang setara, bahkan lebih baik, daripada air kemasan.
Keunggulan lainnya adalah kemampuan Arofah dalam mengolah berbagai sumber air baku. Hal ini menjadikan alat ini fleksibel dan dapat diadaptasi di berbagai lokasi, bahkan di daerah dengan keterbatasan akses air bersih. Arofah juga berkontribusi pada pengurangan limbah plastik dari kemasan air minum sekali pakai.
Penggunaan Arofah di lingkungan FTUI telah memberikan dampak positif. Para pengguna, seperti staf Departemen Teknik Kimia FTUI, Deva Alifah, merasakan perbedaan signifikan dalam kualitas air. Deva menuturkan bahwa air dari Arofah terasa lebih ringan dan segar dibandingkan air kemasan. Hal ini menunjukkan penerimaan positif dari pengguna terhadap inovasi ini.
Tantangan dan Harapan Pengembangan Arofah
Proses pengembangan Arofah tidak tanpa tantangan. Prof. Bismo menyebutkan kendala seperti keterbatasan alat dan teknologi murah, sumber daya manusia, dan persepsi masyarakat yang masih cenderung memilih air kemasan. Namun, beliau tetap optimis dan berharap Arofah dapat memberikan manfaat yang lebih luas.
Prof. Bismo mendorong para peneliti muda untuk melanjutkan pengembangan Arofah. Potensi pengembangan Arofah sangat besar, mulai dari skala rumah tangga hingga industri. Dukungan dari Dekan FTUI, Prof. Kemas Ridwan Kurniawan, semakin memperkuat harapan tersebut.
Prof. Kemas menekankan pentingnya inovasi Arofah dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan menyediakan akses air bersih bagi masyarakat. Dukungan ini menunjukkan komitmen UI dalam mendorong inovasi teknologi yang berdampak positif bagi lingkungan dan masyarakat.
Arofah, yang awalnya dirancang untuk skala kecil, kini dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan skala lebih besar, bahkan berpotensi untuk diterapkan di sektor industri. Inovasi ini membuktikan bahwa teknologi dapat memberikan solusi yang efektif dan ramah lingkungan untuk permasalahan akses air bersih.
Dengan kemampuannya mengolah berbagai sumber air dan menghasilkan air minum berkualitas tinggi, Arofah menjadi solusi yang menjanjikan untuk mengatasi masalah air bersih di Indonesia. Inovasi ini juga mendorong perubahan perilaku masyarakat untuk beralih dari air kemasan ke sumber air yang lebih berkelanjutan.