Unik! Dubes Thailand Tak Makan Durian di Festival Durian ASEAN-China Beijing, Simbol Penguatan Ekonomi Regional
Festival Durian ASEAN-China di Beijing perkuat kerja sama ekonomi regional. Acara ini menampilkan beragam varietas durian dan produk olahannya dari negara-negara ASEAN.

Beijing menjadi saksi perhelatan akbar "Festival Durian ASEAN-China" yang diselenggarakan oleh ASEAN-China Center pada 10 Agustus. Acara unik ini bertujuan menyatukan cita rasa dan kreasi durian dari 11 negara di Asia Tenggara serta Tiongkok. Festival ini merupakan cerminan nyata dari pencapaian kerja sama pertanian antara kedua belah pihak.
Durian, yang dijuluki sebagai "raja buah tropis", dikenal luas karena rasanya yang kaya dan kuat, serta kulitnya yang dipenuhi duri tajam. Buah ini memiliki berbagai varian, dengan "Durio zibethinus" menjadi yang paling populer dan tumbuh subur di Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina. Durian merupakan buah musiman yang hanya dapat dinikmati saat musim panen tiba, umumnya antara Juni hingga Agustus.
Tiongkok tercatat sebagai negara dengan konsumsi durian terbesar di dunia, mengimpor sekitar 1,56 juta ton durian pada tahun 2024. Nilai impor tersebut mencapai 6,83 miliar dolar AS, dengan 98,5 persen di antaranya berasal dari Thailand dan Vietnam. Fenomena ini menunjukkan besarnya potensi pasar durian di Tiongkok bagi negara-negara produsen di ASEAN.
Potensi Pasar Durian di Tiongkok dan Peran ASEAN
Sekretaris Jenderal ASEAN-China Center, Shi Zhongjun, menegaskan bahwa festival ini merupakan bukti nyata kerja sama pertanian yang erat. ASEAN telah menjadi mitra dagang terbesar Tiongkok selama lima tahun berturut-turut, sementara Tiongkok telah menjadi mitra dagang terbesar ASEAN selama 16 tahun berturut-turut. Hubungan dagang yang kuat ini memfasilitasi masuknya buah-buahan tropis seperti durian ke jutaan rumah tangga di Tiongkok.
Thailand mendominasi pasar durian di Tiongkok, menyumbang 57 persen dari total impor durian pada tahun 2024. Vietnam menempati posisi kedua dengan 38 persen, diikuti oleh Filipina dan Malaysia. Harga durian segar di Tiongkok dapat mencapai 200 yuan atau sekitar Rp460.000 untuk satu buah berbobot 6 kg, menunjukkan nilai ekonomi yang tinggi.
Meskipun Tiongkok mengimpor miliaran ton durian setiap tahun, Duta Besar Thailand, Chatchai Viriyavejakul, secara unik mengaku tidak mengonsumsi durian. Namun, ia menekankan bahwa durian lebih dari sekadar buah; ia adalah gairah yang menyatukan banyak orang. Komitmen ASEAN untuk memastikan standar keamanan dan cita rasa durian yang tinggi akan terus memperkuat ikatan dagang dengan Tiongkok.
Ragam Durian Unggulan dari Negara-negara ASEAN
Festival ini menampilkan stan dari sembilan negara ASEAN, memamerkan beragam varietas durian unggulan. Malaysia memperkenalkan tiga varian primadona di pasar Tiongkok: Musang King premium, Black Thorn, dan Sultan King klasik. Musang King dikenal dengan rasa kaya, manis seperti mentega, dan tekstur puding, sementara Black Thorn menawarkan rasa kompleks manis pahit dengan harga yang lebih tinggi. Sultan King memiliki rasa pahit manis dengan sentuhan karamel kacang.
Brunei Darussalam memamerkan empat jenis durian, termasuk durian putih dengan aroma kuat dan durian Otak Nanggalah yang ditanam di hutan. Kamboja menyajikan hidangan olahan durian seperti Num Bhanh Chok Namya dan nasi ketan durian. Indonesia, yang diduga FAO sebagai produsen durian terbesar di dunia, berpartisipasi dengan durian beku, karena sedang dalam tahap penyelesaian teknis untuk ekspor resmi ke Tiongkok mulai Mei 2025.
Wakil Kepala Perwakilan RI di Beijing, Parulian Silalahi, menyebutkan tiga varian durian Indonesia yang akan diekspor: durian montong dari Sulawesi, durian Medan, dan durian merah eksotis dari timur Indonesia. Ia juga berbagi tradisi unik Indonesia: meminum air dari kulit durian untuk mengurangi kolesterol dan mencuci tangan untuk menghilangkan aroma. Laos membawa durian dan pisang, sementara Myanmar memamerkan 18 varietas durian lokal dan olahannya.
Filipina menghadirkan durian Puyat yang manis dan beraroma kuat, serta berbagai olahan seperti sayap ayam panggang durian dan es serut durian. Thailand, sebagai eksportir utama, menampilkan durian Monthong, Chanee, Kanyo, dan Phuang Manee, yang semuanya sudah populer di Tiongkok. Vietnam, dengan 60 varietas, menyoroti Ri6 durian yang terkenal dan Monthong campuran, menunjukkan keberagaman dan kekayaan durian di kawasan ASEAN.
Inovasi Produk Olahan Durian dan Tradisi Unik
Selain buah segar, festival ini juga menyoroti potensi besar produk olahan durian. Berbagai jenis kue durian, es krim durian, selai, roti, mochi, hingga pizza durian turut dipamerkan. Ini menunjukkan bagaimana durian dapat diinovasikan menjadi berbagai hidangan yang menarik selera konsumen global, khususnya di pasar Tiongkok yang besar.
Beberapa negara menampilkan olahan durian tradisional yang unik. Brunei Darussalam menyajikan ambuyat dengan tempoyak, serta kue bolu dan lapis durian. Kamboja dengan kue ketan saus duriannya, dan Filipina dengan pasta tuna durian serta es serut durian, menunjukkan kreativitas dalam mengolah "raja buah" ini menjadi hidangan yang beragam dan lezat.
Tradisi memakan durian juga menjadi daya tarik tersendiri. Seperti yang dijelaskan oleh perwakilan Indonesia, praktik meminum air dari kulit durian dipercaya dapat membantu mengurangi kadar kolesterol. Selain itu, air dari kulit durian juga efektif untuk menghilangkan aroma khas durian di tangan. Hal ini menambah dimensi budaya dalam menikmati buah durian.