Unismuh Makassar dan Singapore Polytechnic Sukses Gelar Program LeX 2025
Unismuh Makassar berkolaborasi dengan Singapore Polytechnic dalam Program LeX 2025, melibatkan 30 mahasiswa dalam proyek pengabdian masyarakat di Gowa, Sulawesi Selatan.

Universitas Muhammadiyah (Unismuh) Makassar kembali menorehkan prestasi dalam kerja sama internasional. Unismuh menjalin kolaborasi dengan Singapore Polytechnic melalui Program Learning Express (LeX) 2025, sebuah program pengabdian masyarakat yang berfokus pada inovasi sosial dan pengembangan kapasitas mahasiswa. Program ini berlangsung selama 12 hari, dimulai pada 4 April dan berakhir pada 15 April 2025, berlokasi di Desa Tamaona, Kecamatan Tombolo Pao, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan.
Kolaborasi ini melibatkan 30 mahasiswa dari Singapore Polytechnic yang akan berpartisipasi dalam tiga proyek utama di bidang pertanian: budidaya tomat, markisa, dan padi. Ketiga puluh mahasiswa tersebut akan dibimbing oleh tiga dosen dari Unismuh Makassar, yaitu Dr. Sitti Maryam Hamid, Dr. Bulkis Maghfirah Mannong, dan Uyunnasirah Hambali, M.Pd. Program LeX 2025 merupakan batch ke-9 dan telah mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah Indonesia dan Singapura, menjadikannya model kolaborasi internasional yang sukses.
Rektor Unismuh Makassar, Abd. Rakhim Nanda, menekankan pentingnya kolaborasi internasional dalam membangun pemahaman lintas budaya dan mendorong inovasi sosial. "Learning Express lebih dari sekadar platform untuk menyelesaikan masalah," ujar Rektor Rakhim dalam acara pembukaan di Aula Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unismuh. "Ini adalah tempat di mana prinsip internasional, pemahaman budaya, dan semangat inovasi diperdalam." Beliau juga menambahkan bahwa kolaborasi ini mendukung upaya Unismuh dalam meningkatkan pemeringkatan universitas di tingkat ASEAN.
Program LeX 2025: Kolaborasi untuk Inovasi Sosial
Program LeX 2025 dirancang dengan pendekatan komprehensif yang menggabungkan design thinking, studi empati, pengamatan sosial, dan pembuatan prototipe solusi bersama masyarakat. Mahasiswa akan tinggal bersama penduduk setempat (homestay) dan melakukan studi lapangan di Desa Tamaona dari tanggal 6 hingga 8 April. Kegiatan ini bertujuan untuk memahami secara mendalam kebutuhan dan permasalahan masyarakat setempat.
Dari tanggal 9 hingga 11 April, mahasiswa akan fokus pada penyusunan masalah, pernyataan kebutuhan, dan pembuatan prototipe solusi. Selanjutnya, pada 12 dan 13 April, mereka akan berkolaborasi dengan masyarakat untuk mengimplementasikan dan menyempurnakan prototipe yang telah dibuat. Sebagai bagian dari program, mahasiswa juga akan diajak untuk mengeksplorasi budaya Makassar dengan mengunjungi tempat-tempat ikonik seperti Pasar Terong, Benteng Rotterdam, dan Pantai Losari pada tanggal 14 April.
Koordinator LeX dari Unismuh, Wildan Burhanuddin, menjelaskan bahwa program ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi mahasiswa. Sementara itu, perwakilan dari Singapore Polytechnic, Mr. Muhd Najdi, menyampaikan apresiasinya atas sambutan hangat dari Unismuh dan masyarakat Makassar. "Proyek ini bukan hanya soal teknis," kata Mr. Najdi, "tetapi tentang membangun kenangan, pertemanan, dan membuka wawasan global." Hal ini menunjukkan keberhasilan program dalam membangun jejaring sosial dan memperluas pengalaman internasional bagi para mahasiswa.
Manfaat Program LeX bagi Unismuh dan Masyarakat
Program LeX memberikan manfaat yang signifikan bagi Unismuh Makassar dan masyarakat Desa Tamaona. Bagi Unismuh, program ini memperkuat reputasi internasional dan mendukung upaya peningkatan pemeringkatan universitas. Sementara itu, bagi masyarakat Desa Tamaona, program ini memberikan solusi inovatif untuk permasalahan pertanian dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui transfer pengetahuan dan teknologi.
Kolaborasi ini juga memberikan dampak positif bagi mahasiswa, baik dari Unismuh maupun Singapore Polytechnic. Mahasiswa mendapatkan pengalaman belajar yang berharga, kesempatan untuk berinteraksi dengan budaya yang berbeda, dan mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah nyata. Program LeX 2025 menjadi contoh nyata bagaimana kolaborasi internasional dapat menghasilkan dampak positif yang luas bagi pendidikan, masyarakat, dan pembangunan berkelanjutan.
Program LeX 2025 tidak hanya sekadar program pertukaran mahasiswa, tetapi juga sebagai jembatan penghubung antara dua budaya dan dua sistem pendidikan yang berbeda. Melalui program ini, terjalin kolaborasi yang saling menguntungkan dan berkelanjutan, membawa dampak positif bagi semua pihak yang terlibat.