Volatilitas Pasar Saham: Sentimen Global dan Kebijakan Tarif Jadi Pemicu
Ekonom Bank Mandiri memprediksi volatilitas pasar saham Indonesia akan berlanjut karena sentimen global, terutama kebijakan tarif Trump dan prospek suku bunga The Fed, serta dinamika kebijakan fiskal dalam negeri.
![Volatilitas Pasar Saham: Sentimen Global dan Kebijakan Tarif Jadi Pemicu](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/07/220210.291-volatilitas-pasar-saham-sentimen-global-dan-kebijakan-tarif-jadi-pemicu-1.jpg)
Jakarta, 7 Februari 2024 - Pasar saham Indonesia diprediksi akan tetap bergejolak dalam waktu dekat. Hal ini disampaikan oleh Andry Asmoro, ekonom dari Bank Mandiri, yang menunjuk berbagai sentimen global sebagai penyebab utama. Penurunan IHSG sebesar 132,96 poin pada penutupan perdagangan Jumat (7/2) menjadi bukti nyata dari volatilitas tersebut.
Sentimen Global yang Mempengaruhi Pasar Saham
Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pasar saham adalah prospek pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed. Andry Asmoro menjelaskan bahwa pasar kini mengantisipasi pemangkasan yang lebih kecil dari perkiraan sebelumnya, hanya 25 basis poin di tahun 2025, menimbulkan sentimen pesimis di pasar. Selain itu, dinamika kebijakan tarif yang diterapkan oleh pemerintahan Donald Trump juga turut memberikan andil besar terhadap ketidakpastian pasar.
Meskipun penundaan penerapan tarif terhadap Kanada dan Meksiko memberikan sedikit sentimen positif, pelaku pasar tetap waspada. Hasil pembicaraan antara Trump dan Presiden China Xi Jinping mengenai kebijakan tarif bilateral menjadi fokus utama. Andry menambahkan bahwa tarif balasan yang diterapkan China terhadap impor batu bara, LNG, dan minyak AS tidak terlalu berdampak signifikan karena sebagian besar impor batu bara China berasal dari Indonesia dan Rusia.
"Kebijakan tarif Trump juga dinilai sebagai tekanan politik terhadap negara lain, yang memicu sentimen negatif dan meningkatkan ketidakpastian global," ujar Andry.
Dampak Kebijakan Dalam Negeri
Di dalam negeri, fokus pasar tertuju pada dinamika kebijakan fiskal pemerintah. Upaya penghematan dan realokasi anggaran menjadi sorotan utama investor. Kondisi likuiditas yang diperkirakan masih ketat juga mempengaruhi sentimen investor terhadap saham perbankan di Indonesia.
"Prospek likuiditas dalam jangka pendek yang diperkirakan masih ketat juga turut mempengaruhi sentimen investor terhadap kinerja saham perbankan di Indonesia," jelas Andry.
Data Penutupan Perdagangan BEI
Pada penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jumat (7/2), IHSG ditutup melemah 132,96 poin atau 1,93 persen ke posisi 6.742,58. Berbeda dengan IHSG, indeks LQ45 justru naik 7,24 poin atau 0,93 persen ke posisi 784,88. Tercatat 1.312.000 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 16,79 miliar lembar saham senilai Rp13,06 triliun. Dari total saham yang diperdagangkan, 200 saham naik, 441 saham turun, dan 314 saham tidak bergerak nilainya.
Kesimpulan
Volatilitas pasar saham Indonesia masih akan berlanjut dalam waktu dekat. Sentimen global, terutama kebijakan tarif Trump dan prospek suku bunga The Fed, serta dinamika kebijakan fiskal dalam negeri, menjadi faktor utama yang perlu diperhatikan. Para investor perlu mencermati perkembangan situasi global dan domestik untuk mengantisipasi pergerakan pasar yang dinamis.