IHSG Diperkirakan Menguat: BI Tahan Suku Bunga, Dampak Perang Dagang AS Jadi Sorotan
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diprediksi menguat di tengah keputusan Bank Indonesia mempertahankan suku bunga, namun ancaman perang dagang AS tetap menjadi perhatian.

Jakarta, 20 Februari 2025 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini diperkirakan akan bergerak menguat. Hal ini terjadi di tengah keputusan Bank Indonesia (BI) yang mempertahankan tingkat suku bunga acuannya, meskipun ancaman perang dagang yang digulirkan Amerika Serikat (AS) menimbulkan kekhawatiran global. Penguatan IHSG pagi ini, yang dibuka dengan kenaikan 1,80 poin atau 0,03 persen ke posisi 6.796,67, menjadi sorotan pasar. Namun, indeks LQ45 justru mengalami penurunan sebesar 2,52 poin atau 0,32 persen ke posisi 780,50.
Keputusan BI untuk mempertahankan BI Rate di angka 5,75 persen, suku bunga Deposit Facility 5 persen, dan Lending Facility 6,5 persen sesuai dengan prediksi pasar. Pengumuman ini disampaikan setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada 18 dan 19 Februari 2025. Perkembangan ini dinilai memberikan sentimen positif bagi pasar saham domestik, meskipun kondisi global masih dibayangi ketidakpastian.
Di sisi lain, ancaman perang dagang AS yang semakin nyata turut mewarnai pergerakan IHSG. Presiden AS Donald Trump baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengenakan tarif sekitar 25 persen pada produk otomotif, semikonduktor, dan farmasi. Langkah ini memicu kekhawatiran akan dampak negatif terhadap perekonomian global, termasuk Indonesia.
Ancaman Perang Dagang AS dan Dampaknya ke Pasar Global
Ancaman tarif baru dari AS telah menimbulkan gelombang ketakutan di pasar global. Bursa ekuitas Eropa mencatat penurunan harian terbesar sejak awal tahun pada Rabu (19/02), sebagai respons terhadap meningkatnya ekspektasi akan perang dagang. Indeks pan-Eropa STOXX 600 ditutup merosot 0,91 persen atau 5,07 poin menjadi 552,10. Penurunan juga terjadi di bursa saham Jerman, Prancis, Italia, dan Spanyol, dengan kisaran antara 0,5 persen hingga 1,8 persen.
Meskipun demikian, bursa saham AS Wall Street justru ditutup menguat pada Rabu (19/2). Indeks Dow Jones Industrial Average naik 71,25 poin (0,16 persen) menjadi 44.627,59, S&P 500 bertambah 14,57 poin (0,24 persen) menjadi 6.144,15, dan Nasdaq Composite Index meningkat 14,99 poin (0,07 persen) menjadi 20.056,25. Pergerakan yang beragam ini menunjukkan kompleksitas situasi global dan sulitnya memprediksi dampak penuh dari ancaman perang dagang.
Kondisi ini menunjukkan adanya reaksi yang berbeda-beda dari pasar saham global terhadap ancaman perang dagang. Beberapa pasar merespon dengan penurunan signifikan, sementara yang lain menunjukkan ketahanan dan bahkan penguatan. Faktor-faktor spesifik yang mempengaruhi masing-masing pasar perlu dipertimbangkan untuk memahami dinamika ini secara lebih mendalam.
Pergerakan Bursa Saham Regional Asia
Di pasar saham regional Asia, terdapat pergerakan yang beragam pada pagi ini. Indeks Nikkei melemah 487,83 poin (1,25 persen) ke 38.676,78, indeks Shanghai turun 4,09 poin (0,12 persen) menjadi 3.347,45, dan indeks Kuala Lumpur melemah 2,23 poin (0,14 persen) ke 1.578,65. Namun, indeks Strait Times justru menguat 1,40 poin (0,04 persen) ke 3.935,44. Perbedaan ini menunjukkan bahwa dampak ancaman perang dagang AS bervariasi di berbagai wilayah.
Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas memprediksi IHSG akan melanjutkan penguatannya hari ini. Prediksi ini didasarkan pada beberapa faktor, termasuk keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga dan potensi aliran dana asing yang masih masuk ke pasar saham Indonesia. Namun, perlu diwaspadai potensi volatilitas yang dapat terjadi akibat perkembangan situasi global, terutama terkait dengan ancaman perang dagang AS.
Secara keseluruhan, pergerakan IHSG hari ini akan sangat dipengaruhi oleh dinamika global yang kompleks. Keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga memberikan sentimen positif, namun ancaman perang dagang AS tetap menjadi faktor yang perlu dipantau dengan cermat. Para investor perlu mempertimbangkan berbagai faktor ini sebelum mengambil keputusan investasi.