Wafatnya Paus Fransiskus: Konklaf Kepausan dan Proses Pemilihan Paus Baru
Paus Fransiskus telah wafat, dan proses pemilihan Paus baru melalui Konklaf Kepausan di Vatikan telah dimulai; dunia menantikan pengumuman pemimpin spiritual baru bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik.

Dunia berduka atas wafatnya Paus Fransiskus, pemimpin tertinggi Gereja Katolik Roma, pada 21 April 2025 di usia 88 tahun di Istanbul. Kepergian beliau meninggalkan kekosongan di Takhta Suci, dan proses pemilihan penerusnya, yang dikenal sebagai Konklaf Kepausan, pun dimulai. Proses ini, yang sarat dengan sejarah dan tradisi, akan menentukan pemimpin spiritual bagi lebih dari 1,3 miliar umat Katolik di seluruh dunia.
Paus Fransiskus, yang bersejarah sebagai Paus pertama dari Amerika Latin dan anggota Serikat Yesus (Yesuit) pertama yang menjabat, meninggal dunia setelah menderita sakit berkepanjangan. Vatikan menyebut kondisi terakhirnya sebagai "krisis pernapasan mirip asma yang berkepanjangan" dan berkaitan dengan trombositopenia. Kematian beliau telah memicu antisipasi global terkait siapa yang akan menjadi penerusnya memimpin Gereja Katolik ke depan.
Proses pemilihan Paus baru ini akan melibatkan Kolegium Kardinal, para pejabat tertinggi Gereja Katolik. Lebih dari 130 Kardinal di bawah usia 80 tahun akan berkumpul di Vatikan untuk mengikuti Konklaf Kepausan, sebuah proses pemilihan yang tertutup dan penuh khidmat yang berlangsung di Kapel Sistina. Proses ini, yang kaya akan simbolisme dan tradisi, akan menarik perhatian dunia hingga pengumuman resmi Paus baru.
Konklaf Kepausan: Tradisi dan Prosedur Pemilihan
Konklaf Kepausan, proses pemilihan Paus, merupakan tradisi Gereja Katolik yang telah berlangsung selama berabad-abad. Proses ini berlangsung di Kapel Sistina, di mana para Kardinal, yang memenuhi syarat untuk memilih, akan berkumpul dalam isolasi total. Mereka tidak akan memiliki akses ke dunia luar selama berlangsungnya Konklaf, untuk memastikan proses pemilihan yang bebas dari pengaruh eksternal.
Kolegium Kardinal, yang berjumlah 252 orang di seluruh dunia, akan memainkan peran sentral dalam Konklaf. Namun, hanya Kardinal yang berusia di bawah 80 tahun yang berhak memberikan suara. Meskipun secara teknis setiap pria Katolik yang telah dibaptis dapat menjadi Paus, dalam praktiknya, posisi ini hampir selalu diberikan kepada seorang Kardinal. Tradisi ini diperkirakan akan terus berlanjut.
Setelah pemakaman Paus Fransiskus, para Kardinal akan berkumpul di Vatikan. Konklaf biasanya dimulai dalam waktu dua hingga tiga minggu setelah wafatnya Paus, memberikan waktu untuk masa berkabung selama sembilan hari dan memberikan kesempatan bagi para Kardinal dari berbagai negara untuk tiba di Vatikan. Proses ini menandai momen penting bagi Gereja Katolik dan dunia.
Proses Pemungutan Suara dan Simbolisme Asap
Proses pemungutan suara dalam Konklaf Kepausan dipenuhi dengan simbolisme dan kerahasiaan. Pemungutan suara dilakukan secara rahasia, dengan maksimal empat putaran setiap hari. Setiap Kardinal mendekati lukisan Penghakiman Terakhir karya Michelangelo untuk berdoa sebelum memberikan suaranya ke dalam wadah pemungutan suara.
Menurut Konferensi Para Uskup Katolik Amerika Serikat, seorang kandidat harus memperoleh dua pertiga suara untuk terpilih sebagai Paus. Proses ini dapat berlangsung selama beberapa hari, bahkan berminggu-minggu atau berbulan-bulan dalam sejarahnya. Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, ada Kardinal yang meninggal dunia saat Konklaf masih berlangsung.
Setelah setiap putaran pemungutan suara, surat suara dibakar di tungku khusus. Asap yang keluar dari cerobong Kapel Sistina menjadi satu-satunya tanda bagi dunia luar tentang kemajuan proses Konklaf. Asap hitam menandakan belum ada kesepakatan, sementara asap putih menandakan bahwa Paus baru telah terpilih. Tradisi ini telah berlangsung selama berabad-abad dan menjadi simbol yang dinantikan oleh umat Katolik di seluruh dunia.
Proses pemilihan Paus baru ini merupakan momen penting bagi Gereja Katolik dan dunia. Dunia menantikan dengan penuh harap pengumuman resmi Paus baru, yang akan memimpin Gereja Katolik ke masa depan. Proses Konklaf Kepausan, dengan tradisi dan simbolismenya yang kaya, akan terus menjadi sorotan dunia hingga pengumuman tersebut.