Wamentrans Ungkap Solusi Atasi Tantangan Swasembada Pangan RI
Wakil Menteri Transmigrasi memaparkan sejumlah tantangan dalam mencapai swasembada pangan di Indonesia, mulai dari stagnasi produksi hingga alih fungsi lahan, dan menawarkan solusi strategis untuk mengatasinya.

Stagnasi produksi pangan menjadi salah satu tantangan besar Indonesia dalam mewujudkan swasembada pangan. Hal ini disampaikan Wakil Menteri Transmigrasi (Wamentrans), Viva Yoga Mauladi, di Jakarta, Kamis (31/1). Beliau menekankan pentingnya strategi intensifikasi dan ekstensifikasi untuk mengatasi masalah ini.
Mengapa Swasembada Pangan Sulit Dicapai?
Menurut Wamentrans, penurunan produksi padi sekitar 1,1 persen (2019-2023) dan rendahnya produktivitas lahan budidaya ikan (hanya 0,6 ton per hektare per tahun) menjadi bukti nyata stagnasi tersebut. Ketergantungan pada impor juga mengkhawatirkan. Data 2023 menunjukkan impor beras 3,1 juta ton, garam 2,8 juta ton, daging sapi 52,3 persen dari kebutuhan domestik, dan susu 78,6 persen dari kebutuhan domestik. Kondisi ini diperparah dengan masih adanya sekitar 16 persen kabupaten/kota di Indonesia yang rawan pangan.
Ancaman Lain Swasembada Pangan
Alih fungsi lahan yang masif, sekitar 80 ribu hektare selama 2019-2024 (terutama di Pulau Jawa), semakin memperburuk situasi. Penurunan kualitas lahan juga menjadi masalah serius, dengan 89,5 persen lahan dinilai tidak berkelanjutan untuk pertanian. Terakhir, minimnya regenerasi petani (70 persen petani dan nelayan berusia di atas 43 tahun) menjadi tantangan jangka panjang.
Solusi untuk Raih Swasembada Pangan
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Wamentrans mengusulkan beberapa langkah. Pertama, peningkatan produktivitas lahan pertanian melalui program lumbung pangan di tingkat desa, daerah, dan nasional. Kedua, peningkatan ketersediaan lahan pangan secara berkelanjutan. Ketiga, penguatan tata kelola sistem pangan, konsumsi, dan produktivitas pertanian. Keempat, penanganan keamanan dan kerawanan pangan.
Intensifikasi dan Ekstensifikasi: Kunci Peningkatan Produksi
Intensifikasi difokuskan pada peningkatan produktivitas melalui penyediaan sarana produksi pertanian berkualitas (benih bersertifikat, pupuk, irigasi), pengurangan susut panen dengan alat mesin pertanian (alsintan) pascapanen, dan peningkatan indeks pertanaman. Sementara ekstensifikasi akan dilakukan dengan menambah lahan baku sawah dan mencetak sawah baru.
Kesimpulan
Tantangan menuju swasembada pangan di Indonesia kompleks dan membutuhkan solusi komprehensif. Strategi intensifikasi dan ekstensifikasi, diiringi dengan perbaikan tata kelola dan regenerasi petani, menjadi kunci untuk mencapai tujuan tersebut.