Waspada! DBD Ancam Indonesia Sepanjang Tahun, Catat Kasus Tertinggi di 2024
Kementerian Kesehatan RI mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap Demam Berdarah Dengue (DBD) karena kasusnya terjadi sepanjang tahun dan mencapai puncak tertinggi pada 2024.

Jakarta, 23 April 2025 - Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) kembali mengingatkan masyarakat akan bahaya Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengintai sepanjang tahun. Peringatan ini disampaikan menyusul catatan kasus DBD di Indonesia yang menunjukkan tren fluktuatif, dengan puncak tertinggi terjadi pada tahun 2024.
Berdasarkan data Kemenkes RI, tahun 2024 menorehkan rekor kasus DBD tertinggi sepanjang sejarah Indonesia, yaitu sebanyak 242 ribu kasus dengan angka kematian mencapai 1.400 jiwa. Angka ini jauh melampaui rekor sebelumnya pada tahun 2016. Ketua Tim Kerja Arbovirosis Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes, Fadjar SM Silalahi, menjelaskan bahwa lonjakan kasus ini disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk perubahan iklim yang signifikan.
Meskipun terjadi penurunan kasus pada tahun 2025 menjadi 38.000 kasus dengan 182 kematian, Kemenkes RI menekankan pentingnya kewaspadaan. Fluktuasi kasus DBD sepanjang tahun, dengan lonjakan pada awal tahun dan peningkatan kembali di penghujung tahun, menunjukkan perlunya langkah pencegahan yang berkelanjutan.
Tren Kasus DBD dan Upaya Pencegahan
Data menunjukkan lonjakan kasus DBD terjadi pada Januari hingga Maret 2024, kemudian menurun pada bulan-bulan berikutnya sebelum kembali meningkat pada November dan Desember. Tren ini menunjukkan bahwa penyakit ini tidak mengenal musim dan perlu diwaspadai sepanjang tahun. Perubahan iklim dan pola hidup masyarakat menjadi faktor yang turut mempengaruhi penyebaran penyakit ini.
Kemenkes RI telah menetapkan target nol kematian akibat DBD pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, berbagai strategi telah disusun, termasuk pencegahan, terapi awal dan dini, serta inovasi pengobatan, salah satunya pengembangan vaksin DBD.
"Pola penyakit dengue atau DBD ini ada sepanjang tahun dan kita perlu mewaspadai sepanjang tahun," tegas Fadjar SM Silalahi. Ia menambahkan bahwa meskipun terjadi penurunan kasus di 2025, hal tersebut bukan berarti permasalahan DBD telah selesai. Pengawasan dan upaya pencegahan akan terus dilakukan secara berkelanjutan.
Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, juga menyampaikan komitmen pemerintah untuk mencapai target nol kematian akibat DBD pada 2030. "Targetnya 2030 tidak ada kematian yang disebabkan oleh virus dengue," ujarnya.
Strategi Kemenkes dalam Penanggulangan DBD
Untuk mencapai target nol kematian akibat DBD pada 2030, Kemenkes RI menerapkan strategi tiga pilar. Pertama, pencegahan melalui edukasi masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan dan mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Kedua, terapi awal dan dini dengan memastikan akses masyarakat terhadap layanan kesehatan yang cepat dan tepat. Ketiga, inovasi pengobatan, termasuk pengembangan vaksin DBD yang diharapkan dapat memberikan perlindungan optimal terhadap penyakit ini.
Kemenkes RI juga menekankan pentingnya kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait dalam upaya pencegahan dan pengendalian DBD. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan dan melaporkan kasus DBD sangat krusial dalam memutus rantai penularan penyakit ini.
Langkah-langkah pencegahan yang dapat dilakukan masyarakat antara lain: membersihkan lingkungan sekitar rumah, menutup tempat penampungan air, menggunakan kelambu saat tidur, dan menggunakan obat nyamuk.
Dengan upaya bersama dan komitmen yang kuat, diharapkan target nol kematian akibat DBD pada 2030 dapat tercapai dan masyarakat Indonesia terbebas dari ancaman penyakit mematikan ini.