Kasus DBD di Kotim Menurun Signifikan, Dinkes Imbau Tetap Waspada
Dinas Kesehatan Kotim laporkan penurunan signifikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di tahun 2025, namun tetap mengimbau masyarakat untuk waspada dan melakukan pencegahan.

Sampit, 21 April 2025 - Kabar baik datang dari Kabupaten Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kotim melaporkan adanya penurunan signifikan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah tersebut pada tahun 2025 dibandingkan tahun sebelumnya. Penurunan ini terpantau sejak awal tahun hingga Maret, dengan masing-masing bulan hanya melaporkan satu kasus saja. Hal ini sangat kontras dengan data tahun 2024 yang mencatat total 292 kasus DBD, dengan puncaknya pada Januari sebanyak 150 kasus.
Kepala Dinkes Kotim, Umar Kaderi, menyampaikan rasa syukur atas penurunan kasus ini. Namun, beliau menekankan pentingnya kewaspadaan masyarakat. "Alhamdulillah, sementara ini kasus DBD cukup signifikan turunnya, tetapi masyarakat kami imbau agar tetap waspada," ujar Kaderi dalam keterangannya di Sampit, Senin.
Penurunan kasus DBD ini cukup mengejutkan mengingat biasanya kasus DBD meningkat pada musim hujan dan pancaroba. Kondisi ini biasanya terjadi menjelang pergantian tahun, bertepatan dengan siklus musim hujan di Indonesia. Namun, data terbaru menunjukkan tren yang berbeda, memberikan secercah harapan dalam upaya pengendalian penyakit yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti ini.
Penurunan Kasus dan Siklus DBD
Umar Kaderi menjelaskan bahwa fluktuasi kasus DBD seringkali mengikuti siklus tertentu. "Biasanya DBD ini ada siklus 5 tahunan, jadi kalau terjadi kasus yang tinggi maka tahun berikutnya agak turun. Meski belum diketahui penyebabnya, tapi siklus ini menuntut kesiapan kita semua agar bisa melakukan antisipasi," jelasnya. Meskipun terjadi penurunan, kewaspadaan tetap diperlukan mengingat siklus tersebut.
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa upaya pencegahan tetap menjadi prioritas. Dinkes Kotim telah melakukan berbagai upaya pencegahan, termasuk fogging dan pembagian bubuk abate. Namun, peran masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan tetap menjadi kunci utama dalam menekan angka kasus DBD.
Meskipun fogging dilakukan, efektivitasnya bersifat sementara dan potensi resistensi nyamuk terhadap insektisida perlu diwaspadai. Oleh karena itu, pencegahan yang berkelanjutan dan partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam memutus rantai penularan penyakit ini.
Pencegahan DBD: Peran Aktif Masyarakat
Umar Kaderi menegaskan bahwa cara paling efektif untuk menekan kasus DBD adalah dengan mencegah peningkatan populasi nyamuk Aedes aegypti. Hal ini dapat dilakukan dengan rajin membersihkan lingkungan dan menghilangkan tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk.
Beliau juga kembali mengingatkan pentingnya penerapan 3M+ (Menguras, Menutup, dan Mengubur) serta kegiatan tambahan lainnya untuk mencegah perkembangbiakan nyamuk. Kegiatan ini disarankan dilakukan minimal sekali seminggu untuk memastikan lingkungan tetap bersih dan bebas dari sarang nyamuk.
Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan tersebut, diharapkan kasus DBD di Kotim dapat terus ditekan dan masyarakat dapat terhindar dari penyakit yang berbahaya ini. Partisipasi aktif seluruh lapisan masyarakat sangat penting dalam mewujudkan lingkungan yang sehat dan bebas dari penyakit.
Meskipun angka kasus DBD menunjukkan tren penurunan, kewaspadaan dan upaya pencegahan tetap harus dilakukan secara berkelanjutan. Dengan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan kasus DBD di Kotim dapat terus ditekan dan kesehatan masyarakat tetap terjaga.