10 Kasus DBD Terdeteksi di Mukomuko Selama Maret 2025, Dinkes Lakukan Penanggulangan
Dinas Kesehatan Mukomuko menangani 10 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) pada Maret 2025, dengan fokus pada pemberantasan sarang nyamuk dan larvasida.

Mukomuko, Bengkulu, 23 April 2025 - Demam Berdarah Dengue (DBD) kembali menjadi perhatian di Kabupaten Mukomuko, Bengkulu. Dinas Kesehatan (Dinkes) setempat melaporkan telah menangani 10 kasus DBD sepanjang Maret 2025. Kasus-kasus tersebut tersebar di enam dari 17 puskesmas di wilayah tersebut, melibatkan tujuh perempuan dan tiga laki-laki dengan rentang usia 15 hingga 44 tahun. Penanganan kasus ini dilakukan melalui berbagai upaya pencegahan dan pengendalian penyebaran penyakit.
Menurut Hamdan, Kabid Pemberantasan Penyakit Menular Dinkes Kabupaten Mukomuko, upaya penanggulangan DBD difokuskan pada penelitian epidemiologi (PE) di sepuluh lokasi yang teridentifikasi sebagai pusat kasus. Namun, pengasapan atau fogging dihindari karena dinilai tidak efektif dalam pengendalian penularan DBD. Strategi yang diprioritaskan adalah pengendalian vektor nyamuk melalui larvasida dan pemberantasan sarang nyamuk (PSN).
Langkah-langkah konkret yang dilakukan meliputi larvalidasi atau pengendalian vektor nyamuk Aedes Aegypti di sepuluh lokasi terdampak. Selain itu, Dinkes juga mendistribusikan larvasida kepada warga melalui puskesmas setempat untuk memberantas jentik nyamuk. Partisipasi aktif masyarakat dalam PSN juga sangat ditekankan sebagai upaya pencegahan yang paling efektif.
Upaya Pencegahan dan Pengendalian DBD di Mukomuko
Dinkes Mukomuko menyadari pentingnya peran serta masyarakat dalam mencegah penyebaran DBD. Oleh karena itu, imbauan untuk aktif melakukan PSN terus digencarkan. Hamdan menekankan bahwa pembersihan lingkungan merupakan kunci utama dalam mencegah berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti, penyebab utama DBD.
Lebih lanjut, Hamdan menjelaskan bahwa data yang dikumpulkan menunjukkan adanya peningkatan kasus DBD pada awal tahun 2025. Sebanyak 22 kasus tercatat selama Januari dan Februari, dengan 15 kasus terjadi pada Januari dan 7 kasus pada Februari. Angka ini menunjukkan pentingnya kewaspadaan dan upaya pencegahan yang berkelanjutan.
Pembagian larvasida kepada masyarakat merupakan salah satu strategi yang dijalankan. Puskesmas di setiap wilayah berperan aktif dalam mendistribusikan larvasida dan memberikan edukasi kepada warga tentang cara penggunaannya yang tepat dan efektif. Hal ini bertujuan untuk memutus siklus hidup nyamuk Aedes Aegypti di lingkungan rumah warga.
Selain itu, Dinkes juga melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala untuk memantau perkembangan kasus DBD dan efektivitas langkah-langkah pencegahan yang telah diterapkan. Data yang dikumpulkan akan digunakan untuk menyusun strategi yang lebih tepat dan efektif dalam pengendalian DBD di masa mendatang.
Pentingnya Peran Serta Masyarakat dalam Penanggulangan DBD
Dinkes Mukomuko mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk aktif berpartisipasi dalam PSN. Kegiatan sederhana seperti membersihkan lingkungan sekitar rumah, memastikan tidak ada genangan air, dan menutup tempat penampungan air secara rapat dapat sangat membantu dalam mencegah perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti. Partisipasi aktif masyarakat merupakan kunci keberhasilan dalam menekan angka kasus DBD di Kabupaten Mukomuko.
Dengan adanya kerja sama yang baik antara Dinkes dan masyarakat, diharapkan penyebaran DBD dapat dikendalikan dan angka kasus dapat ditekan seminimal mungkin. Upaya pencegahan dan pengendalian yang berkelanjutan sangat penting untuk melindungi kesehatan masyarakat dari ancaman penyakit DBD.
"Yang paling penting sekarang adalah menggerakkan semua masyarakat untuk bergerak melakukan PSN dengan cara membersihkan lingkungan guna mencegah DBD," tegas Hamdan.
Dinkes Mukomuko berkomitmen untuk terus berupaya dalam menanggulangi DBD dan memberikan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai upaya pencegahan yang paling efektif.