Waspada DBD Pascabanjir: Dinkes Kapuas Edukasi Warga
Dinas Kesehatan Kapuas gencar melakukan edukasi dan fogging untuk mencegah merebaknya Demam Berdarah Dengue (DBD) pascabanjir yang melanda tiga kecamatan di Kapuas, Kalimantan Tengah.
![Waspada DBD Pascabanjir: Dinkes Kapuas Edukasi Warga](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/11/191619.779-waspada-dbd-pascabanjir-dinkes-kapuas-edukasi-warga-1.jpg)
Banjir yang baru-baru ini melanda Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah, menyisakan kekhawatiran akan merebaknya penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD). Genangan air pascabanjir menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti, pembawa virus DBD. Menanggapi hal ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Kapuas bergerak cepat dengan melakukan edukasi dan penyuluhan kepada masyarakat.
Langkah Pencegahan DBD Pascabanjir
Kepala Dinkes Kapuas, Tonun Irawaty Panjaitan, menyatakan bahwa partisipasi aktif masyarakat sangat penting dalam mencegah wabah DBD. "Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sangat penting untuk mencegah wabah DBD setelah banjir," tegasnya dalam keterangan di Kuala Kapuas, Selasa (11/2).
Edukasi yang dilakukan Dinkes Kapuas bekerja sama dengan pemerintah desa dan puskesmas setempat mencakup berbagai upaya pencegahan. Salah satu yang ditekankan adalah Gerakan 3M Plus. "Masyarakat harus lebih aktif dalam melakukan langkah pencegahan, seperti menerapkan Gerakan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup wadah yang berpotensi menampung air, dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menjadi sarang nyamuk," jelas Tonun.
Selain 3M Plus, masyarakat juga dianjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan tambahan, seperti menggunakan kelambu saat tidur, memasang kawat anti nyamuk pada jendela dan pintu, serta selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah. Langkah-langkah sederhana ini terbukti efektif dalam mengurangi populasi nyamuk.
Deteksi Dini Gejala DBD
Dinkes Kapuas juga memberikan informasi mengenai gejala-gejala DBD yang perlu diwaspadai. "Gejala DBD yang perlu diwaspadai meliputi demam tinggi mendadak, nyeri otot dan sendi, sakit kepala, mual, muntah, serta munculnya bintik merah pada kulit," ungkap Tonun. Penting bagi masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami gejala-gejala tersebut.
Penanganan medis yang cepat dan tepat sangat krusial dalam mencegah komplikasi yang dapat membahayakan jiwa. Dengan deteksi dini dan penanganan yang tepat, diharapkan angka kematian akibat DBD dapat ditekan seminimal mungkin.
Kondisi Kesehatan Pascabanjir
Meskipun banjir telah melanda tiga kecamatan di Kapuas, yaitu Kecamatan Kapuas Tengah, Pasak Talawang, dan Dadahup, Dinkes Kapuas melaporkan bahwa hingga saat ini belum ada laporan kejadian luar biasa (KLB) maupun penyakit tertentu akibat banjir tersebut. "Pascabanjir yang melanda di tiga kecamatan setempat… hingga saat ini tidak ada laporan kejadian luar biasa maupun penyakit-penyakit tertentu akibat banjir tersebut," kata Tonun.
Puskesmas dan Puskesmas Pembantu (Pustu) tetap beroperasi memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat, meskipun beberapa fasilitas kesehatan terdampak banjir. Sebagai solusi, posko pelayanan kesehatan dialihkan ke kantor kecamatan untuk menjamin ketersediaan layanan kesehatan bagi warga yang membutuhkan.
Fogging sebagai Upaya Tambahan
Selain edukasi dan penyuluhan, Dinkes Kapuas juga melakukan pengasapan atau fogging di wilayah-wilayah yang rawan DBD. Fogging merupakan upaya tambahan untuk menekan populasi nyamuk Aedes aegypti dan mengurangi risiko penularan DBD. Namun, fogging bukanlah solusi utama, melainkan bagian dari strategi pengendalian DBD yang terintegrasi.
Keberhasilan upaya pencegahan DBD sangat bergantung pada kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat. Dengan menerapkan langkah-langkah pencegahan yang telah dianjurkan dan menjaga kebersihan lingkungan, diharapkan Kabupaten Kapuas dapat terbebas dari wabah DBD pascabanjir.