Waspada! Kasus Demam Berdarah di Kepri Meningkat di Awal 2025
Dinas Kesehatan Kepri imbau kewaspadaan terhadap peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di awal tahun 2025 dengan jumlah kasus yang signifikan dan imbauan penting bagi masyarakat.

Tanjungpinang, 19 Februari 2025 - Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) di awal tahun 2025 ini tengah menghadapi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) yang mengkhawatirkan. Dinas Kesehatan (Dinkes) Kepri pun mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan proaktif mencegah penyebaran penyakit yang mematikan ini. Peningkatan kasus ini terjadi di tujuh kabupaten/kota di Kepri, dengan jumlah kasus yang signifikan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan data Dinkes Kepri, sepanjang Januari-Februari 2025 tercatat 201 kasus DBD, dengan dua kasus diantaranya mengakibatkan kematian. Angka ini meningkat jika dibandingkan dengan periode Januari-Maret 2024 yang hanya mencatat 185 kasus dengan empat kematian. Lonjakan kasus ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan menuntut tindakan pencegahan yang lebih intensif.
Kepala Dinkes Kepri, Mochammad Bisri, mengungkapkan bahwa penyebaran DBD paling banyak terjadi di Batam, dengan jumlah kasus mencapai 87 kasus pada periode Januari-Februari 2025. Hal ini diduga berkaitan dengan kepadatan penduduk di Batam yang cukup tinggi. Bisri menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam mencegah penyebaran penyakit ini.
Penyebab dan Pencegahan Demam Berdarah
Menurut Kepala Dinkes Kepri, Mochammad Bisri, penyebab utama peningkatan kasus DBD adalah kelalaian masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitar rumah mereka. "Kebiasaan menampung air hujan tanpa penutup yang tepat dan tidak rajin menguras wadah penampungan air menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk," jelas Bisri. Ia menambahkan bahwa sanitasi rumah yang lembab dan kurang pencahayaan juga turut memicu peningkatan populasi nyamuk Aedes Aegypti, penyebab utama penyakit DBD.
Bisri memberikan contoh praktis, "Masyarakat boleh menampung air hujan, asalkan ditutup dengan rapat dan dikuras secara rutin. Jangan lupa untuk menyikat wadah tersebut hingga bersih." Selain itu, ia juga menyarankan agar jendela dan ventilasi rumah dibuka di pagi hari agar sinar matahari dapat masuk dan mengurangi kelembaban yang disukai nyamuk.
Lebih lanjut, Bisri menjelaskan bahwa nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak di tempat-tempat yang gelap dan lembab. Oleh karena itu, menjaga kebersihan dan pencahayaan rumah sangat penting untuk mencegah penyebaran penyakit ini. "Buka jendela dan ventilasi di pagi hari agar sinar matahari masuk ke rumah, sehingga nyamuk tidak bebas beterbangan di dalam rumah," imbuhnya.
Langkah-langkah Antisipasi Dinkes Kepri
Dinkes Kepri telah mengambil berbagai langkah untuk mengantisipasi peningkatan kasus DBD ini. Salah satunya adalah dengan menyebarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Kepri Ansar Ahmad terkait kewaspadaan terhadap kasus DBD hingga ke tingkat kabupaten/kota, kecamatan, kelurahan, dan puskesmas.
SE tersebut menyerukan pentingnya keterlibatan masyarakat dalam kegiatan gotong royong membersihkan lingkungan perkantoran dan rumah warga untuk memberantas sarang nyamuk. Kegiatan ini, menurut Bisri, harus dilakukan secara rutin, misalnya seminggu sekali, bukan hanya saat ada momentum tertentu.
Selain itu, Dinkes Kepri juga gencar menggalakkan gerakan 3M Plus, yaitu menguras tempat penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes Aegypti. Gerakan ini diimbangi dengan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat melalui berbagai media, termasuk media massa dan media sosial.
"Kami rutin menggelar edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat terkait pencegahan sekaligus bahaya penyakit DBD melalui media massa maupun media sosial," pungkas Bisri.
Dengan meningkatnya kasus DBD di awal tahun 2025, kewaspadaan dan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat sangat penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan melindungi kesehatan masyarakat Kepri.