17 Warga Riau Meninggal Akibat DBD Hingga April 2025, Dinkes: Jaga Kebersihan Lingkungan!
Dinas Kesehatan Riau melaporkan 17 kematian akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) hingga April 2025, dengan Inhil sebagai daerah terdampak terparah; peningkatan kasus mendorong upaya pencegahan intensif.

Sebanyak 17 jiwa dilaporkan meninggal dunia akibat Demam Berdarah Dengue (DBD) di Provinsi Riau sejak awal tahun 2025 hingga akhir April. Data ini berasal dari 1.471 kasus DBD yang tersebar di 12 kabupaten dan kota di Riau. Kabar ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Riau, drg. Sri Sadono Mulyanto, pada Jumat lalu di Pekanbaru. Pihak Dinkes Riau pun menyerukan peningkatan kewaspadaan dan peran aktif masyarakat dalam mencegah penyebaran penyakit mematikan ini.
Inhil menjadi wilayah yang paling terdampak dengan jumlah korban jiwa mencapai enam orang. Disusul kemudian oleh Kabupaten Kampar, Rokan Hulu (Rohul), dan Kota Dumai, masing-masing dengan tiga korban jiwa. Sementara itu, Kabupaten Siak dan Kota Pekanbaru masing-masing melaporkan satu kasus kematian akibat DBD. "Kami turut prihatin atas kejadian ini. Data hingga 31 April menunjukkan adanya tren peningkatan yang perlu menjadi perhatian bersama," ungkap drg. Sri Sadono Mulyanto.
Peningkatan kasus DBD ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah Provinsi Riau. Dinkes Riau menekankan pentingnya peran serta masyarakat dalam upaya pencegahan dan pengendalian penyakit ini. Kondisi lingkungan yang kurang bersih dan sanitasi yang belum optimal menjadi faktor utama penyebaran virus dengue yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti.
Upaya Pencegahan DBD di Riau
Sebagai respons atas meningkatnya kasus DBD, Dinkes Riau telah mengaktifkan kembali peran kader Juru Pemantau Jentik (Jumantik). Para kader ini berperan penting dalam melakukan pemantauan di lapangan, mengunjungi rumah-rumah warga, dan memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Mereka fokus pada tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk, seperti bak mandi, vas bunga, tempat minum hewan peliharaan, dan saluran air yang jarang dibersihkan.
"Mereka adalah garda terdepan dalam upaya pencegahan. Kami sangat mengandalkan kerja sama masyarakat dan para kader untuk menekan penyebaran DBD," jelas drg. Sri Sadono Mulyanto. Selain itu, Dinkes Riau juga gencar mengkampanyekan gerakan 3M Plus, yaitu Menguras, Menutup, dan Mengubur tempat-tempat yang berpotensi menjadi sarang nyamuk. Kampanye ini juga menekankan pentingnya penggunaan kelambu dan obat nyamuk sebagai tindakan pencegahan tambahan.
Edukasi kepada masyarakat terus dilakukan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan. Dinkes Riau berharap masyarakat dapat berperan aktif dalam mencegah penyebaran DBD dengan melakukan tindakan-tindakan sederhana namun efektif di lingkungan sekitar mereka. "Pencegahan jauh lebih baik daripada pengobatan. Jangan menunggu ada yang jatuh sakit baru bertindak. Jaga lingkungan tetap bersih setiap hari," imbau Sri Sadono.
Faktor Lingkungan sebagai Penyebab Utama
Sri Sadono menekankan kembali bahwa faktor lingkungan masih menjadi penyebab utama penyebaran virus dengue. Kondisi lingkungan yang tidak bersih dan kurang terawat memberikan tempat yang ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Oleh karena itu, upaya pembersihan dan pengelolaan lingkungan yang baik sangat penting dalam mencegah penyebaran penyakit ini.
Wilayah dengan sanitasi dan pengelolaan lingkungan yang kurang optimal menjadi area yang lebih rentan terhadap penyebaran DBD. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah dan masyarakat untuk bekerja sama dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan sehat. Partisipasi aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan sekitarnya sangat krusial dalam upaya pencegahan DBD.
Dinkes Riau berharap dengan adanya kerja sama yang baik antara pemerintah, kader Jumantik, dan masyarakat, penyebaran DBD dapat ditekan dan angka kematian akibat penyakit ini dapat diminimalisir. Pencegahan dini dan kesadaran masyarakat menjadi kunci utama dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat ini.
Selain kampanye 3M Plus, Dinkes Riau juga memberikan edukasi mengenai tanda dan gejala DBD agar masyarakat dapat melakukan deteksi dini jika ada anggota keluarga yang menunjukkan gejala tersebut. Deteksi dini dan penanganan yang cepat sangat penting untuk meningkatkan peluang kesembuhan pasien DBD.
Kesimpulan
Meningkatnya kasus DBD di Riau menjadi pengingat penting bagi kita semua untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan. Partisipasi aktif masyarakat, didukung oleh program-program pencegahan dari Dinkes Riau, sangat krusial dalam menekan angka kematian akibat DBD. Semoga dengan upaya bersama, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih sehat dan terbebas dari ancaman penyakit DBD.