Indonesia Tampilkan Potensi Perfilman di Festival Film Cannes
Festival Film Cannes menjadi saksi bisu hadirnya Indonesian Cinema Night, yang menampilkan karya-karya sineas Tanah Air dan potensi perfilman Indonesia di panggung internasional.

Menteri Kebudayaan dan Pariwisata, Fadli Zon, secara resmi membuka Indonesian Cinema Night di Festival Film Cannes, Prancis pada tanggal 18 Mei 2024. Acara ini bertujuan untuk memperkenalkan kekayaan budaya dan potensi perfilman Indonesia kepada dunia internasional, sekaligus sebagai wadah membangun jejaring bagi industri film dalam negeri. Pembukaan tersebut menandai langkah signifikan Indonesia dalam memperluas pengaruhnya di kancah perfilman global.
Dalam sambutannya, Menteri Fadli Zon menekankan komitmen pemerintah untuk mendukung kemajuan ekosistem perfilman Indonesia. Ia menyampaikan bahwa Indonesia, dengan keberagaman budayanya yang luar biasa, siap untuk berkontribusi dalam perfilman global. Fadli Zon juga mengungkapkan rencana kolaborasi internasional dalam produksi film untuk memperkaya khazanah perfilman Indonesia.
Tahun 2024 menorehkan prestasi membanggakan bagi perfilman Indonesia. Lebih dari 200 film berhasil diproduksi, dengan jumlah penonton bioskop nasional mencapai 122,7 juta. Yang lebih mengesankan, film Indonesia berhasil meraih 81 juta penonton, atau 67 persen dari total penonton, mengalahkan jumlah penonton film impor untuk pertama kalinya. Hal ini menunjukkan peningkatan signifikan apresiasi masyarakat terhadap film lokal.
Karya Sineas Indonesia Mendunia di Cannes
Sejumlah film Indonesia turut meramaikan Festival Film Cannes tahun ini, antara lain "Pangku", "Renoir", "Ikatan Darah", "Timur", "Sleep No More", dan "Jumbo". Kehadiran film-film ini menjadi bukti nyata kualitas dan daya saing sineas Indonesia di level internasional. Partisipasi ini diharapkan dapat meningkatkan daya tarik perfilman Indonesia di mata dunia.
Para sineas dan produser ternama Indonesia turut hadir di Cannes, termasuk Christine Hakim, Reza Rahardian, Iko Uwais, dan Ario Bayu. Kehadiran mereka semakin memperkuat posisi Indonesia di festival film bergengsi tersebut. Mereka juga berperan dalam mempromosikan dan memperluas jaringan kerja sama di industri perfilman internasional.
Robby Ertanto dan Chelsea Islan juga turut hadir untuk mempromosikan proyek terbaru mereka, "Rose Pandanwangi", kepada calon investor. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesian Cinema Night juga menjadi platform yang efektif untuk mencari peluang investasi bagi industri film Indonesia.
Kolaborasi Internasional dan Warisan Budaya
Yulia Evina Bhara, salah satu juri mewakili Indonesia, turut menampilkan karyanya, "Renoir", sebuah film hasil kolaborasi produksi antarnegara. Kolaborasi internasional ini menunjukkan kesiapan Indonesia untuk bekerja sama dengan negara lain dalam mengembangkan industri perfilman.
Selain film, Indonesian Cinema Night juga menampilkan pertunjukan pencak silat oleh tim Uwais Pictures. Pencak silat, sebagai warisan budaya takbenda Indonesia yang telah diakui UNESCO, menjadi daya tarik tersendiri dalam acara tersebut. Pertunjukan ini memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada penonton internasional.
Acara ini juga dihadiri oleh perwakilan dari jaringan dan pasar industri film Indonesia seperti Jakarta Film Week dan Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF), yang didirikan oleh Garin Nugroho. Kehadiran mereka semakin memperkuat ekosistem perfilman Indonesia di kancah internasional.
Menteri Fadli Zon menutup acara dengan mengajak seluruh pihak untuk berinvestasi dan berkolaborasi dalam produksi film di Indonesia, mengingat kekayaan budaya dan kreativitas yang dimiliki Indonesia.
Secara keseluruhan, Indonesian Cinema Night di Festival Film Cannes 2024 merupakan langkah maju yang signifikan bagi perfilman Indonesia. Acara ini berhasil mempromosikan karya-karya sineas Indonesia, memperkuat jejaring internasional, dan memperkenalkan kekayaan budaya Indonesia kepada dunia.