Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Eliminasi Kusta di Indonesia
Penyakit kusta membutuhkan penanganan kolaboratif lintas sektor, termasuk medis, pemerintah, dan lembaga non-profit, untuk mengatasi dampak fisik dan psikososial serta meningkatkan kualitas hidup pasien.
![Kolaborasi Lintas Sektor: Kunci Eliminasi Kusta di Indonesia](https://cdns.klimg.com/mav-prod-resized/0x0/ori/image_bank/2025/02/06/230311.150-kolaborasi-lintas-sektor-kunci-eliminasi-kusta-di-indonesia-1.jpg)
Jakarta, 6 Februari 2024 - Upaya eliminasi kusta di Indonesia membutuhkan kerjasama lintas sektor, demikian disampaikan Prof. Dr. dr. Sri Linuwih Menaldi Sp.D.V.E Subsp. D.T, Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin RSCM. Bukan hanya pengobatan medis, tetapi juga dukungan psikososial dan pemberdayaan ekonomi pasien sangat krusial untuk keberhasilan program ini.
Dampak Kusta yang Lebih Luas
Penyakit kusta, disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae, mempengaruhi lebih dari sekadar kesehatan fisik. Dampaknya meluas ke aspek psikologis dan sosial, menurunkan kualitas hidup pasien. Meskipun pengobatan medis mampu menyembuhkan kelainan kulit, komplikasi seperti disabilitas pada tangan dan kaki, bahkan amputasi, serta gangguan penglihatan, tetap menjadi tantangan.
"Kusta tidak hanya penyakit fisik, tetapi juga mental dan psikologis," jelas Prof. Sri dalam diskusi daring tentang kusta. "Oleh karena itu, penanganan membutuhkan kolaborasi berbagai pihak."
Kolaborasi Multisektoral untuk Penanganan Kusta
Penanganan kusta yang efektif memerlukan kolaborasi tim medis yang komprehensif. Tidak hanya dokter spesialis kulit dan kelamin, tetapi juga dokter saraf, mata, bedah tulang ortopedi, dan rehabilitasi medis, berperan penting dalam memulihkan kesehatan pasien.
Selain itu, peran pemerintah dalam penyediaan layanan kesehatan dan kampanye kesadaran masyarakat sangat penting. Indonesia, sebagai negara dengan prevalensi kusta tertinggi ketiga di dunia, membutuhkan komitmen kuat dari pemerintah untuk mengatasi masalah ini.
Peran Lembaga Non-Profit dan Pemberdayaan Pasien
Lembaga non-profit juga memainkan peran penting dalam mendukung pasien kusta. Mereka tidak hanya membantu penyebaran informasi dan edukasi, tetapi juga menyediakan pelatihan keterampilan bagi penyandang kusta untuk meningkatkan kemandirian ekonomi mereka.
Lebih lanjut, Prof. Sri menekankan pentingnya peran aktif penyandang kusta dalam mendeteksi kasus baru di lingkungan mereka. Dengan memberdayakan mereka, proses deteksi dini dapat ditingkatkan dan penyebaran penyakit dapat dikendalikan.
Kesimpulan: Menuju Eliminasi Kusta
Eliminasi kusta di Indonesia membutuhkan pendekatan holistik dan kolaboratif. Kerjasama antara sektor kesehatan, pemerintah, dan lembaga non-profit, serta pemberdayaan pasien, merupakan kunci keberhasilan dalam mengatasi penyakit ini dan meningkatkan kualitas hidup penyandang kusta. Dengan komitmen bersama, Indonesia dapat mendekati tujuan eliminasi kusta dan memastikan tidak ada lagi penderita yang menderita karena penyakit ini.