Indonesia Percepat Eliminasi Kusta dan Filariasis hingga 2030
Indonesia gencar memberantas penyakit tropis terabaikan, khususnya kusta dan filariasis, hingga 2030 melalui deteksi dini, pemberian massal obat, dan kolaborasi lintas sektor, meskipun masih ada tantangan stigma dan kesadaran masyarakat.
Jakarta, 31 Januari 2024 - Indonesia terus berupaya keras untuk memberantas penyakit tropis terabaikan (NTD), khususnya kusta dan filariasis, pada tahun 2030. Strategi yang dijalankan meliputi deteksi dini, pemberian obat massal (mass drug administration), dan kerja sama lintas sektoral. Hal ini disampaikan oleh pejabat kesehatan Kementerian Kesehatan.
Dalam sebuah pernyataan pada Jumat lalu, Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan, Ina Agustina Isturini, mengatakan bahwa Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam mengendalikan kusta dan filariasis. Namun, beberapa tantangan masih ada, termasuk stigma, diagnosis terlambat, rendahnya kesadaran masyarakat, serta kepatuhan terhadap pengobatan.
"Indonesia masih menempati peringkat ketiga dunia untuk jumlah kasus kusta baru, dengan total 12.798 kasus baru," jelasnya. Provinsi dengan jumlah kasus kusta tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, dan Papua.
Meskipun prevalensi kusta telah menurun sejak 1981, eliminasi total tetap menjadi target utama pemerintah. Visi pemerintah adalah 'Zero New Cases, Zero Disabilities, and Zero Stigma'.
Sementara itu, Sri Linuwih Susetyo Wardhani Menaldi dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI) mengatakan bahwa stigma terhadap penderita kusta merupakan hambatan utama upaya eliminasi. Ia memaparkan lima strategi utama untuk mencapai target eliminasi kusta. Pertama, deteksi dini dan pengobatan segera dengan terapi multi-obat selama 6–12 bulan.
Kedua, pemberian obat massal di daerah dengan jumlah kasus tinggi. Ketiga, pengawasan aktif untuk mendeteksi kasus dengan cepat. Keempat, pendidikan dan promosi kesehatan untuk mengurangi stigma dan meningkatkan kesadaran masyarakat. Terakhir, kolaborasi lintas sektor untuk mempercepat eliminasi kusta.
Di sisi lain, Profesor Taniawati Supali dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menekankan bahwa filariasis memperburuk kemiskinan karena membuat pasien tidak mampu bekerja dan seringkali menjadi terbuang. Untuk mencapai target eliminasi filariasis 2030, ia menguraikan lima strategi utama. Pertama, pemberian obat massal setiap tahun selama lima tahun di daerah endemik.
Kedua, penerapan strategi pengobatan tiga obat (terapi IDA), yang dapat mempercepat eliminasi hanya dalam dua tahun. Ketiga, pengawasan ketat untuk memastikan tidak ada penularan baru. Keempat, peningkatan pendidikan masyarakat tentang bahaya dan pencegahan filariasis. Strategi terakhir adalah kolaborasi lintas sektor, termasuk dengan peternakan.