Ancaman Mikroplastik Kepulauan Seribu: Polusi Tak Kasat Mata yang Bahayakan Kesehatan
Penelitian Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI) mengungkap pencemaran mikroplastik yang mengkhawatirkan di Kepulauan Seribu, ditemukan di air, tumbuhan, bahkan tubuh manusia, mengancam kesehatan dan ekosistem.
Kepulauan Seribu, destinasi wisata populer di Jakarta, menyimpan permasalahan serius di balik keindahannya: polusi mikroplastik. Penelitian terbaru mengungkap keberadaan mikroplastik yang mencemari perairan, tumbuhan, bahkan tubuh manusia di tiga pulau, yaitu Pulau Untung Jawa, Pulau Onrust, dan Pulau Cipir. Ancaman ini berasal dari sampah kiriman dari daratan Jakarta yang mencapai 10 ton per hari, serta aktivitas manusia di Kepulauan Seribu sendiri.
Sampah-sampah besar seperti kasur dan sofa yang terbawa arus laut dari Jakarta menyumbat pesisir Pulau Untung Jawa. Petugas kebersihan kewalahan mengatasi sampah kiriman ini, yang mencapai puncaknya pada Maret-Mei. Meskipun sampah dipilah dan dikelola, mikroplastik, partikel plastik berukuran sangat kecil, telah menyebar luas dan meresap ke berbagai elemen lingkungan.
Aliansi Zero Waste Indonesia (AZWI), gabungan sembilan organisasi lingkungan, melakukan penelitian dan menemukan fakta mengejutkan. Sampel dari air, daun, dan swab kulit penduduk di tiga pulau tersebut positif mengandung mikroplastik. Jumlahnya bervariasi, dengan temuan tertinggi di Pulau Untung Jawa yaitu 72 partikel mikroplastik per 10 liter air permukaan. Temuan ini menunjukkan pencemaran mikroplastik telah meluas dan berdampak langsung pada kehidupan manusia.
Pencemaran Mikroplastik: Ancaman bagi Kesehatan dan Ekosistem
Hasil penelitian AZWI menunjukkan keberadaan mikroplastik dalam berbagai bentuk, seperti fiber dari kain, film plastik tipis, fragmen plastik keras, dan foam dari styrofoam. Hal ini mengindikasikan berbagai sumber pencemaran, termasuk limbah domestik, aktivitas wisata, dan pembakaran sampah. Kepala laboratorium Ecoton, Rafika Aprilianti, menekankan bahwa mikroplastik yang menempel pada kulit manusia membuktikan paparan polutan tidak hanya melalui makanan dan minuman, tetapi juga kontak langsung dengan lingkungan.
Keberadaan mikroplastik di ekosistem pesisir berisiko tinggi bagi kesehatan manusia dan kehidupan laut. Partikel-partikel kecil ini dapat masuk ke rantai makanan dan membawa bahan kimia berbahaya. Indonesia, yang belum memiliki baku mutu mikroplastik, menghadapi tantangan besar dalam mengatasi masalah ini. Manajer Divisi Edukasi Ecoton, Alaika Rahmatullah, mendesak pemerintah untuk mempercepat penerapan kebijakan pengurangan plastik dan memperluas larangan plastik sekali pakai.
Data dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta mendukung temuan AZWI, menunjukkan peningkatan jumlah mikroplastik di perairan Jakarta setiap tahunnya. Pemantauan yang dilakukan sejak 2022 menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Hal ini semakin menggarisbawahi urgensi penanganan masalah mikroplastik di Indonesia.
Dampak Mikroplastik terhadap Kesehatan: Gangguan Kognitif
Penelitian oleh dr. Pukovisa Prawirohardjo, PhD, Dokter Spesialis Saraf RSUI, mengungkapkan dampak serius mikroplastik terhadap kesehatan manusia. Riset yang dilakukan bersama Greenpeace Indonesia menunjukkan bahwa paparan mikroplastik dapat menyebabkan penurunan fungsi kognitif. Responden dengan mikroplastik dalam darah berisiko 36 kali lebih tinggi mengalami gangguan kognitif dibandingkan yang tidak terpapar.
Penelitian ini juga menemukan bahwa mikroplastik jenis PET dalam darah meningkatkan risiko gangguan kognitif hingga tiga kali lipat. Yang mengejutkan, mikroplastik ditemukan bahkan pada responden yang mengaku jarang terpapar. Hal ini menunjukkan penyebaran mikroplastik yang luas dan sulit dihindari.
Temuan ini menekankan pentingnya kesadaran publik untuk meminimalkan penggunaan plastik. Pemerintah dan produsen juga harus mengambil tindakan nyata, termasuk pengurangan plastik sekali pakai, perbaikan tata kelola sampah, dan regulasi yang lebih ketat terhadap penggunaan plastik. Upaya bersama ini krusial untuk melindungi lingkungan dan kesehatan generasi mendatang.
Kesimpulannya, ancaman mikroplastik di Kepulauan Seribu merupakan masalah serius yang memerlukan penanganan segera dan terintegrasi. Kerjasama antara pemerintah, masyarakat, dan produsen sangat penting untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, meningkatkan pengelolaan sampah, dan melindungi kesehatan manusia serta lingkungan.