Balinale 2025 Targetkan 6.000 Pengunjung, Dorong Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Bali
Festival Film Internasional Bali (Balinale) ke-18 pada Juni 2025 mendatang menargetkan 6.000-8.000 pengunjung, berharap mendongkrak pariwisata dan ekonomi kreatif Bali.
Festival Film Internasional Bali (Balinale) ke-18, yang akan diselenggarakan pada 1-7 Juni 2025 di Mal Icon Denpasar, Bali, menargetkan kehadiran enam hingga delapan ribu pengunjung. Hal ini diungkapkan oleh Pendiri sekaligus Direktur Balinale, Deborah Gabinetti, pada Sabtu lalu di Denpasar. Target tersebut didasarkan pada kesuksesan penyelenggaraan tahun sebelumnya yang berhasil menarik 5.600 pengunjung dalam satu minggu.
Selama festival, pengunjung akan dimanjakan dengan sekitar 60 film pilihan yang telah melalui proses kurasi ketat. Pengumuman film-film tersebut akan dilakukan pada 10 Mei 2025. Film-film yang terpilih meliputi film pendek dan dokumenter, yang dinilai berdasarkan alur cerita, detail, pesan, dan gaungnya bagi masyarakat luas. "Kurang lebih mungkin 60 film, ada seperti film pendek dan dokumenter yang dipilih berdasarkan bagaimana alurnya, ceritanya, detailnya, pesannya, dan gaungnya untuk banyak orang," ujar Deborah.
Sampai saat ini, Balinale telah menerima lebih dari 1.500 pendaftaran film dari 35 negara. Proses kurasi dilakukan dengan persyaratan yang relatif sederhana, dengan fokus utama pada ketertarikan film terhadap Indonesia, khususnya Bali.
Dampak Positif Balinale bagi Bali
Deborah Gabinetti menekankan dampak besar Balinale bagi Bali dari tahun ke tahun. Festival ini terbukti meningkatkan kunjungan wisatawan ke Pulau Dewata. Kehadiran ribuan pengunjung di bioskop selama festival juga memberikan dampak positif bagi industri terkait lainnya. "Dampaknya sangat besar karena menyangkut industri lain yang terhubung, contohnya film Eat, Pray, and Love yang sejak 2010 tapi terus bergema dan sekarang orang jadi ke Bali, jadi film menyebabkan efek ganda," katanya.
Made Artana, Staf Gubernur Bali Bidang Ekonomi Kreatif dan Digital, mengamini pernyataan tersebut. Ia menyatakan bahwa Pemprov Bali sangat mendukung Balinale karena festival ini selaras dengan upaya pemerintah dalam mentransformasi ekonomi Bali, khususnya dalam mengembangkan sektor ekonomi kreatif dan digital sebagai penunjang sektor pariwisata.
Artana menambahkan bahwa keberadaan festival film internasional di Bali merupakan suatu kebanggaan. "Ini sesuatu yang harus kita syukuri bahwa di Bali ada inisiatif bahkan dari belasan tahun, daerah lain bahkan mengidamkan mereka punya festival film internasional," kata Artana. Ia juga menekankan pentingnya memastikan agar Balinale memberikan dampak positif bagi industri film dan ekonomi kreatif lokal, sehingga dapat ikut bertumbuh dan berkembang.
Harapan untuk Masa Depan
Balinale diharapkan tidak hanya sekadar menjadi ajang pemutaran film, tetapi juga sebagai platform untuk mempromosikan Bali ke dunia internasional. Melalui film-film yang ditampilkan, diharapkan citra Bali semakin dikenal luas di kancah global. Namun, yang tak kalah penting adalah bagaimana memastikan agar festival ini dapat memberikan kontribusi nyata bagi pertumbuhan industri film dan ekonomi kreatif lokal di Bali.
Dengan target pengunjung yang signifikan dan dampak positif yang telah terbukti, Balinale 2025 diharapkan akan menjadi tonggak penting dalam pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Bali. Festival ini menjadi bukti nyata bagaimana sebuah event internasional dapat berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan promosi budaya suatu daerah.
Keberhasilan Balinale selama bertahun-tahun menjadi bukti nyata komitmen penyelenggara dalam menghadirkan festival film berkualitas internasional di Indonesia. Dengan dukungan dari pemerintah dan antusiasme masyarakat, Balinale diharapkan akan terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi Bali di masa mendatang.