BPDP Raup Rp25,76 Triliun dari Pungutan Ekspor Sawit Tahun 2024
Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) berhasil melampaui target penerimaan pungutan ekspor komoditas perkebunan tahun 2024, mencapai Rp25,76 triliun dan menyalurkan dana untuk berbagai program pengembangan.
Jakarta, 17 Februari 2024 - Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) berhasil membukukan realisasi penerimaan pungutan ekspor komoditas perkebunan dan produk turunannya pada tahun 2024. Angka fantastis Rp25,76 triliun berhasil dikumpulkan, melampaui target awal yang ditetapkan sebesar Rp25 triliun. Keberhasilan ini menunjukkan kinerja positif sektor perkebunan Indonesia.
Sumber Penerimaan BPDP
Direktur Utama BPDP, Eddy Abdurrachman, menjelaskan dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi XI DPR RI bahwa pungutan ekspor menjadi sumber pendapatan terbesar. Setiap transaksi ekspor CPO (crude palm oil) dan produk turunannya dikenakan pungutan sesuai Peraturan Menteri Keuangan. Hal ini menunjukkan keberhasilan strategi pemerintah dalam mengelola komoditas perkebunan.
Lima produk turunan kelapa sawit menyumbang ekspor terbesar. RBD (refined, bleached, deodorized) palm olein memimpin dengan capaian 10,4 juta metrik ton. Posisi berikutnya ditempati oleh minyak sawit RBD (5,1 juta metrik ton), cangkang sawit (4,87 juta metrik ton), bungkil inti sawit (4,48 juta metrik ton), dan CPO (2,7 juta metrik ton). Meningkatnya ekspor produk turunan sawit menunjukkan perkembangan industri hilir yang signifikan.
"Hal ini menunjukkan bahwa pengenaan pungutan ekspor yang memang dimaksudkan antara lain untuk meningkatkan produk hilir mulai tercapai. Kalau dilihat dari bahan bakunya, yakni minyak sawit mentah (CPO) hanya 2,7 juta metrik ton, tetapi produk turunannya seperti RBD palm olein dan RBD palm oil meningkat tajam," ujar Eddy.
Pengelolaan Dana dan Program Pengembangan
Selain pungutan ekspor, BPDP juga memperoleh pendapatan dari pengelolaan dana. Realisasi pada 2024 mencapai Rp2,95 triliun, jauh melampaui target Rp557 miliar. Sebesar 84,22 persen dana ditempatkan pada deposito, sementara 15,78 persen diinvestasikan dalam Surat Berharga Negara (SBN).
"Dana BPDP yang menganggur atau tidak terpakai kami kelola dengan menempatkannya pada portofolio investasi. Saat ini ada dua penempatan dana yang kami lakukan, yakni di deposito perbankan dan SBN," jelas Eddy. Pendapatan lain, seperti pengembalian dana program, mencapai Rp129,47 miliar. Total pendapatan BPDP pada 2024 mencapai Rp28,83 triliun.
Alokasi Dana untuk Program Prioritas
BPDP menyalurkan dananya untuk berbagai program pengembangan. Program pengembangan sumber daya manusia (SDM) menyerap Rp314,36 miliar, memberikan beasiswa dan pelatihan kepada 12.514 orang. Penelitian dan pengembangan mendapat alokasi Rp114,97 miliar untuk 165 kegiatan. Program peremajaan perkebunan merealisasikan 38,25 hektare dengan dana Rp1,3 triliun.
Tahun 2024 juga mencatat penyaluran dana untuk insentif biodesel (13,14 juta kiloliter senilai Rp29,38 triliun), sarana dan prasarana (Rp126,23 miliar), promosi (Rp143,44 miliar), dan dukungan manajemen (Rp120,68 miliar). Total belanja BPDP pada 2024 mencapai Rp31,498 triliun.
Kesimpulan
Penerimaan BPDP yang melampaui target menunjukkan potensi besar sektor perkebunan Indonesia. Pengelolaan dana yang efektif dan alokasi yang tepat sasaran untuk berbagai program pengembangan akan mendorong pertumbuhan berkelanjutan sektor ini, serta kesejahteraan petani sawit.