BPOM dan Puskesmas Jalin Kerja Sama Cegah Keracunan Massal Program MBG
Badan POM bekerja sama dengan puskesmas untuk mencegah keracunan massal akibat program Makan Bergizi Gratis (MBG) setelah beberapa kasus keracunan terjadi di beberapa daerah.
Jakarta, 2 Mei 2024 - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengumumkan kerja sama strategis dengan puskesmas di seluruh Indonesia, termasuk Puskesmas Cakung, untuk mencegah kejadian fatal akibat keracunan makanan dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG). Langkah ini diambil menyusul beberapa laporan kasus keracunan massal yang melibatkan program MBG.
Kepala BPOM, Taruna Ikrar, menyatakan komitmen penuh BPOM untuk mendukung program MBG. "Kita menginginkan teman-teman puskesmas bekerja sama dengan balai besar dan balai atau loka atau pos POM yang jajaran ini bekerja sama untuk mensukseskan program makan bergisi gratis. Contohnya paling tinggi kita harapkan mencegah terjadinya kejadian luar biasa," ujar Taruna dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat.
Dengan rencana program MBG yang menargetkan 82 juta penduduk Indonesia dan melibatkan sekitar 30 ribu Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), BPOM berperan penting dalam pembinaan petugas, pengawasan, pencegahan, dan mitigasi risiko keracunan. Meskipun mengakui adanya potensi kelemahan, BPOM menegaskan komitmennya untuk mendukung penuh program ini dan terus berupaya meningkatkan pengawasan serta pencegahan.
Kasus Keracunan Massal dan Upaya Mitigasi
Beberapa kasus keracunan massal akibat konsumsi makanan dalam program MBG telah dilaporkan. Di Kota Bandung, 342 siswa SMP Negeri 35 mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi MBG pada 29 April 2024. Dinas Kesehatan Kota Bandung langsung melakukan investigasi dan pengambilan sampel makanan untuk mengetahui penyebabnya. Kepala Dinkes Kota Bandung, Anhar Hadian, menyatakan hal tersebut.
Sementara itu, di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat, puluhan siswa MAN 1 Cianjur diduga mengalami keracunan setelah mengonsumsi MBG pada 21 April 2024. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes Cianjur, Frida Laila Yahya, melaporkan sekitar 21 siswa mengalami gejala seperti pusing, mual, dan muntah, dan telah mendapatkan perawatan medis. Pihak Dinkes Cianjur masih melakukan pendataan lebih lanjut.
Menanggapi insiden-insiden tersebut, BPOM menekankan pentingnya pembelajaran dari setiap kejadian. "Insiden-insiden keracunan tersebut menjadi sebuah proses pembelajaran dalam proses pengawasan, dan pihaknya bersyukur tidak ada korban jiwa," kata Taruna. BPOM juga bersyukur atas tidak adanya korban jiwa dalam insiden-insiden tersebut.
Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan dan Kebijakan Baru
Selain bekerja sama dengan puskesmas, BPOM juga berkolaborasi dengan dinas kesehatan di berbagai daerah untuk melakukan mitigasi risiko, termasuk penanganan pertama pada kasus keracunan. Tujuannya adalah untuk mencegah agar keracunan tidak membahayakan nyawa.
Sebagai langkah pencegahan lebih lanjut, Badan Gizi Nasional (BGN) telah mengeluarkan kebijakan baru terkait pembersihan sisa makanan MBG di SPPG. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa di masa mendatang. Kebijakan ini diumumkan pada 24 April 2024, sebagai respon atas kejadian di Cianjur.
BPOM berkomitmen untuk terus meningkatkan pengawasan dan kerja sama dengan berbagai pihak terkait untuk memastikan keamanan dan keberhasilan program MBG. Upaya ini diharapkan dapat mencegah terjadinya keracunan massal dan melindungi kesehatan masyarakat.