DPD Desak Pembangunan Jalan Tani di Maluku Utara untuk Dongkrak Ekonomi
Anggota DPD RI, Graal Taliawo, mendorong pembangunan jalan tani dan pelatihan bagi petani di Maluku Utara untuk meningkatkan produktivitas dan nilai tambah komoditas pertanian lokal.
Jakarta, 17 Februari 2024 - Anggota Komite II Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Maluku Utara (Malut), Graal Taliawo, menyuarakan pentingnya pembangunan infrastruktur jalan tani di Maluku Utara. Hal ini disampaikannya dalam rapat bersama Kementerian Pertanian (Kementan) guna meningkatkan produktivitas sektor pertanian dan perkebunan di daerah tersebut.
Taliawo menekankan potensi besar sektor pertanian dan perkebunan sebagai penggerak utama ekonomi Maluku Utara dan Indonesia. Ia melihat pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan sumber daya alam berkelanjutan sebagai kunci utama. "Semangatnya adalah pemberdayaan warga melalui sumber daya alam berkelanjutan yang ada di sekitar," ujarnya di Jakarta.
Infrastruktur Jalan dan Pelatihan Petani
Aspirasi ini, menurut Taliawo, muncul dari berbagai desa di Maluku Utara, termasuk Desa Bukit Durian dan Desa Gosale di Kota Tidore Kepulauan, serta Desa Tewil di Kabupaten Halmahera Timur. Warga desa tersebut membutuhkan akses jalan yang memadai untuk memperlancar distribusi hasil pertanian.
Selain infrastruktur jalan, Taliawo juga menyoroti perlunya pelatihan dan pendampingan bagi petani melalui koperasi tani. Saat ini, terdapat sekitar 22 unit koperasi tani di Maluku Utara yang dapat difungsikan sebagai wadah pelatihan dan pengembangan usaha.
Tujuannya, jelas Taliawo, adalah meningkatkan hilirisasi sektor pertanian dan perkebunan. "Selama ini produksi komoditas unggulan Maluku Utara, seperti kelapa, pala, dan cengkih, cenderung masih dalam bentuk mentah atau setengah mentah," katanya. Hal ini mengakibatkan nilai ekonomi yang diperoleh petani masih relatif rendah.
Peningkatan Nilai Tambah dan Pemberdayaan UMKM
Taliawo mengakui keterbatasan masyarakat setempat dalam mengolah hasil tani dan kebun menjadi produk olahan serta memasarkannya. Untuk mengatasi hal ini, ia mengusulkan beberapa solusi, antara lain transfer pengetahuan, pemberdayaan berbasis komunitas dan UMKM, penyediaan alat pengolahan sederhana, dan pembinaan pemasaran.
Ia juga menekankan pentingnya program beasiswa pendidikan di sektor pertanian untuk menarik minat generasi muda. Generasi muda Maluku Utara, menurutnya, cenderung enggan bertani dan beralih ke sektor lain seperti pertambangan. Hal ini berdampak pada penurunan jumlah tenaga kerja di sektor pertanian dan berujung pada penurunan produksi komoditas tertentu.
Stimulus Generasi Muda untuk Kembali ke Pertanian
Sebagai solusi, Taliawo merekomendasikan pemerintah pusat melalui Kementerian Pertanian untuk memberikan stimulus berupa beasiswa pendidikan formal maupun nonformal bagi generasi muda di setiap desa yang berminat mendalami ilmu pertanian. Beasiswa ini diharapkan dapat menarik minat anak muda untuk berkontribusi pada sektor pertanian dan meningkatkan produksi komoditas unggulan Maluku Utara.
Dengan adanya dukungan infrastruktur, pelatihan, dan insentif, diharapkan sektor pertanian dan perkebunan di Maluku Utara dapat berkembang pesat dan berkontribusi signifikan terhadap perekonomian daerah dan nasional. Langkah ini juga akan membantu meningkatkan kesejahteraan petani dan membuka lapangan kerja baru bagi generasi muda.