DSNG Raup Untung Rp367 Miliar di Kuartal I 2025, Harga CPO Melonjak
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG) berhasil membukukan laba Rp367 miliar pada kuartal I 2025, didorong kenaikan harga jual produk kelapa sawit dan efisiensi biaya produksi.
PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG), produsen kelapa sawit terkemuka, mengumumkan laba bersih yang signifikan sebesar Rp367 miliar pada kuartal pertama tahun 2025. Kenaikan ini menandai pertumbuhan 60 persen secara tahunan (year-on-year/YoY). Keberhasilan ini diraih di tengah kondisi cuaca kering tahun sebelumnya yang berdampak pada penurunan produksi, namun justru mendorong kenaikan harga jual produk kelapa sawit. Hal ini terjadi di Jakarta, pada tanggal 2 Mei 2025.
Direktur Utama DSNG, Andrianto Oetomo, menjelaskan bahwa peningkatan laba tersebut sejalan dengan pertumbuhan pendapatan perseroan sebesar 20 persen (YoY), mencapai Rp2,7 triliun. Segmen bisnis kelapa sawit tetap menjadi tulang punggung pendapatan perusahaan, berkontribusi hingga 88 persen dari total pendapatan. Kenaikan harga jual rata-rata (average selling price/ASP) produk kelapa sawit menjadi faktor kunci keberhasilan ini.
Peningkatan harga jual ini terlihat jelas pada produk-produk utama DSNG. Harga Crude Palm Oil (CPO) naik 27 persen menjadi Rp14.909 per kilogram, Palm Kernel Oil (PKO) meningkat tajam 108 persen menjadi Rp27.349 per kilogram, dan Palm Kernel (PK) naik 101 persen menjadi Rp10.814 per kilogram. EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) pun terdongkrak hingga mencapai Rp861 miliar pada kuartal I 2025.
Analisis Kenaikan Harga dan Produksi
Andrianto Oetomo memaparkan bahwa kondisi cuaca kering pada kuartal pertama tahun 2024 telah mengakibatkan penurunan produksi tandan buah segar (TBS). "Kondisi cuaca kering pada kuartal pertama 2024 lalu, baik di Kalimantan Timur maupun wilayah Indonesia lainnya, berimbas pada penurunan produksi tandan buah segar (TBS)," ungkap Andrianto. Penurunan pasokan TBS ini, sesuai dengan hukum penawaran dan permintaan (supply and demand), berdampak pada kenaikan harga jual CPO, PKO, dan PK.
Meskipun harga jual meningkat, produksi CPO justru mengalami penurunan sebesar 8 persen (YoY), dari 149.500 ton menjadi 137.600 ton. Hal ini sejalan dengan penurunan pasokan TBS sebesar 8,7 persen (YoY), dari 525.000 ton menjadi 479.000 ton. Produksi PK dan PKO juga turut terdampak, masing-masing mengalami penurunan sebesar 8,1 persen dan 17,2 persen (YoY).
Andrianto menambahkan bahwa penurunan produksi TBS dan produk kelapa sawit lainnya terutama disebabkan oleh kurangnya curah hujan dalam 10-12 bulan sebelumnya. Selain itu, program replanting atau peremajaan tanaman seluas lebih dari 3.000 hektare juga berkontribusi terhadap berkurangnya produksi TBS pada periode tersebut. Meskipun demikian, efisiensi biaya produksi yang terkontrol dengan baik turut memberikan dampak positif terhadap profitabilitas perusahaan.
Kesimpulannya, keberhasilan DSNG dalam meraih laba Rp367 miliar di kuartal I 2025 merupakan hasil dari strategi yang tepat dalam menghadapi tantangan penurunan produksi akibat kondisi cuaca. Kenaikan harga jual produk kelapa sawit yang signifikan, diimbangi dengan manajemen biaya produksi yang efektif, menjadi kunci utama pencapaian ini. Program replanting, meskipun berdampak sementara pada penurunan produksi, diharapkan akan memberikan hasil positif jangka panjang bagi keberlanjutan bisnis DSNG.