Emas dan Tarif Listrik Picu Inflasi di Jawa Barat, BPS Ungkap Penyebabnya
Inflasi Jawa Barat di April 2025 mencapai 1,67 persen, didorong oleh kenaikan harga emas dan tarif dasar listrik, menurut data BPS Jabar.
Bandung, 2 Mei 2025 - Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Barat melaporkan inflasi tahunan (year on year/yoy) pada April 2025 mencapai 1,67 persen, dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 108,73. Kenaikan ini terutama didorong oleh dua faktor utama: harga emas dan tarif dasar listrik. Laporan ini dirilis pada Jumat di Gedung BPS Jabar, Bandung, oleh Plt. Kepala BPS Jawa Barat, Darwis Sitorus.
Menurut Darwis Sitorus, kenaikan tarif listrik berkontribusi sebesar 0,99 persen terhadap inflasi bulanan (month to month/mtm). Harga emas, khususnya perhiasan, juga memberikan andil signifikan sebesar 0,15 persen. Komoditas lain yang turut menyumbang inflasi, meskipun dalam persentase lebih kecil, antara lain bawang merah dan tomat (0,05 persen), kopi bubuk (0,18 persen), minyak goreng (0,15 persen), sigaret kretek mesin (0,10 persen), dan cabai rawit (0,09 persen).
Meskipun demikian, beberapa komoditas justru mengalami deflasi, menunjukkan penurunan harga. Komoditas tersebut antara lain daging ayam ras (-0,23 persen), tomat (-0,09 persen), beras (-0,07 persen), daun bawang (-0,05 persen), dan telur ayam ras (-0,05 persen). Hal ini menunjukkan dinamika harga yang kompleks di pasar Jawa Barat.
Emas Global dan Daya Beli Masyarakat
Lonjakan harga emas memberikan andil 0,54 persen terhadap inflasi tahunan. Darwis menjelaskan bahwa hal ini lebih dipengaruhi oleh fluktuasi harga emas di pasar internasional daripada penurunan daya beli masyarakat. "Tapi kalau terkait emas, saya kira masih tergantung pada perkembangan harga secara global. Jadi ini yang menjadi perhatian sebenarnya, karena pengaruh terhadap pembelian dalam negeri juga akhirnya terpengaruh oleh perkembangan harga di internasional," jelas Darwis.
Ia menambahkan bahwa secara keseluruhan, inflasi pada sejumlah komoditas tidak serta-merta mengindikasikan penurunan daya beli masyarakat. "Kalau kita amati dari inflasi sejumlah komoditas tadi, secara keseluruhan menurut saya ini belum bisa disimpulkan bahwa daya beli masyarakat sedang turun. Tapi memang komoditas emas ini dan tarif listrik paling berpengaruh pada inflasi," ujarnya.
BPS Jabar menekankan perlunya pemantauan terhadap harga emas global, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap inflasi domestik. Perkembangan harga internasional dapat mempengaruhi harga emas di pasar dalam negeri dan berdampak pada angka inflasi.
Komoditas Lain dan Pergerakan Harga
Selain emas dan tarif listrik, beberapa komoditas lain juga turut mempengaruhi inflasi di Jawa Barat. Kopi bubuk, minyak goreng, sigaret kretek mesin, dan cabai rawit mengalami kenaikan harga, meskipun kontribusinya lebih kecil dibandingkan emas dan listrik. Sementara itu, beberapa komoditas kebutuhan pokok lainnya, seperti beras dan telur ayam ras, justru mengalami penurunan harga.
Darwis menyatakan bahwa pergerakan harga komoditas kebutuhan pokok lainnya masih berada dalam rentang yang wajar. "Yang lain saya kira masih normal-normal saja," tuturnya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa meskipun ada inflasi, sebagian besar komoditas kebutuhan pokok masih terkendali.
Data BPS Jabar ini memberikan gambaran terkini mengenai kondisi ekonomi di Jawa Barat. Analisis lebih lanjut diperlukan untuk memahami dampak inflasi terhadap masyarakat dan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengendalikannya.
Kesimpulannya, inflasi di Jawa Barat pada bulan April 2025 dipengaruhi oleh berbagai faktor, dengan harga emas dan tarif listrik menjadi pendorong utama. Meskipun beberapa komoditas mengalami deflasi, perhatian tetap tertuju pada fluktuasi harga emas global dan dampaknya terhadap perekonomian Jawa Barat.