Harga Beras di Banyumas Turun, Panen Raya Jadi Penopang
Harga beras di Banyumas mengalami penurunan signifikan akibat panen raya, meskipun pemerintah tetap waspada terhadap potensi paceklik di musim kemarau 2025.
Harga beras di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, mengalami penurunan dalam beberapa pekan terakhir. Penurunan ini terjadi di berbagai jenis beras, baik medium maupun premium. Penurunan harga berkisar antara Rp750 hingga Rp1.000 per kilogram untuk beras medium, dan Rp250 hingga Rp750 untuk beras premium. Hal ini disebabkan oleh masa panen raya yang masih berlangsung di wilayah eks Keresidenan Banyumas, sehingga ketersediaan beras melimpah di pasaran.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Dinperindag) Kabupaten Banyumas, Gatot Eko Purwadi, menjelaskan bahwa penurunan harga beras ini merupakan dampak positif dari panen raya. Ketersediaan beras yang cukup memadai di pasaran menyebabkan harga jual di tingkat pengecer ikut turun. Beliau juga menambahkan bahwa pemerintah telah mengantisipasi potensi paceklik di musim kemarau 2025 melalui penyerapan gabah dan beras oleh Perum Bulog.
Meskipun program Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) telah dihentikan sejak 28 Februari 2025, Bulog tetap menyerap gabah dan beras petani untuk memenuhi cadangan pangan pemerintah. Dengan demikian, diharapkan ketersediaan beras tetap terjaga meskipun memasuki musim kemarau. Penyerapan gabah oleh Bulog juga turut berkontribusi terhadap stabilitas harga beras di pasaran.
Panen Raya dan Serapan Bulog: Faktor Penentu Harga Beras
Penurunan harga beras di Banyumas tidak hanya dikonfirmasi oleh pihak pemerintah, tetapi juga oleh pedagang beras di Purwokerto. Putri, salah seorang pedagang beras, menyatakan bahwa harga beras IR-64 Super misalnya, telah turun dari Rp14.000 menjadi Rp13.000 per kilogram dalam sepekan terakhir. Ia menilai melimpahnya pasokan beras akibat panen raya sebagai penyebab utama penurunan harga.
Selain itu, Putri juga menyebutkan bahwa harga pembelian gabah kering panen (GKP) oleh pemerintah yang cukup tinggi, mencapai Rp6.500 per kilogram, turut mendorong penyerapan gabah oleh Perum Bulog. Hal ini membuat pasokan beras di pasaran semakin terjaga, sehingga harga jual di tingkat pedagang pun ikut turun.
Dengan demikian, baik pemerintah maupun pedagang beras sepakat bahwa panen raya dan serapan Bulog menjadi faktor utama yang menyebabkan penurunan harga beras di Banyumas. Kondisi ini tentunya memberikan dampak positif bagi masyarakat, karena mereka dapat memperoleh beras dengan harga yang lebih terjangkau.
Antisipasi Paceklik Musim Kemarau 2025
Pemerintah Kabupaten Banyumas menyadari potensi paceklik yang mungkin terjadi pada musim kemarau tahun 2025. Oleh karena itu, antisipasi telah dilakukan melalui penyerapan gabah dan beras oleh Perum Bulog. Meskipun program SPHP telah dihentikan, penyerapan gabah oleh Bulog tetap berjalan sebagai upaya untuk menjaga cadangan pangan pemerintah.
Dengan adanya cadangan pangan pemerintah ini, diharapkan ketersediaan beras tetap aman dan harga beras dapat tetap terkendali meskipun memasuki musim kemarau. Langkah ini merupakan bentuk upaya proaktif pemerintah untuk melindungi masyarakat dari potensi kenaikan harga beras akibat kekurangan pasokan.
"Walaupun sekarang Bulog menghentikan program SPHP sejak 28 Februari 2025, tapi kan serapan gabah di Bulog juga untuk memenuhi cadangan pangan pemerintah," jelas Gatot Eko Purwadi.
Dengan demikian, penyerapan gabah oleh Bulog tidak hanya bertujuan untuk stabilisasi harga jangka pendek, tetapi juga untuk mengamankan ketersediaan beras dalam jangka panjang, khususnya selama musim kemarau.
Kesimpulan
Penurunan harga beras di Banyumas merupakan kabar baik bagi masyarakat. Panen raya dan penyerapan gabah oleh Bulog menjadi faktor kunci di balik penurunan ini. Meskipun demikian, pemerintah tetap waspada dan telah menyiapkan antisipasi untuk menghadapi potensi paceklik di musim kemarau 2025 melalui cadangan pangan pemerintah.