Harga Cabai Rawit di Garut Tembus Rp100.000/Kg, Dispertan Sebut Belum Panen Raya
Harga cabai rawit di Garut, Jawa Barat, melonjak hingga Rp100.000 per kilogram karena belum panen raya, sehingga pasokan terbatas di tengah tingginya permintaan selama Ramadhan.
Harga cabai rawit di Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengalami kenaikan signifikan hingga mencapai Rp100.000 per kilogram. Kenaikan ini terjadi di pasaran pada awal bulan Maret 2024, tepatnya pada Selasa, karena belum memasuki masa panen raya. Permintaan yang tinggi selama bulan Ramadhan, di tengah keterbatasan pasokan, menjadi faktor utama penyebab lonjakan harga ini. Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Garut, Haeruman, menjelaskan situasi tersebut kepada wartawan.
Menurut Haeruman, stok cabai rawit sebenarnya ada, namun belum memasuki masa panen raya. Hanya sebagian kecil petani yang sudah memanen cabai mereka. Dispertan Garut terus berupaya untuk menjamin ketersediaan cabai rawit bagi masyarakat, terutama selama bulan Ramadhan. Fluktuasi harga cabai merupakan hal yang biasa terjadi, terutama menjelang dan selama bulan Ramadhan. Namun, Haeruman memastikan bahwa harga akan kembali normal setelah panen raya.
"Stok ada, cuma belum panen saja, baru sebagian yang panen," ungkap Kepala Dispertan Kabupaten Garut Haeruman. Ia menambahkan bahwa fluktuasi harga merupakan hal yang wajar karena mengikuti hukum pasar: ketika pasokan sedikit, harga akan naik. Ia memperkirakan panen raya akan dimulai pada minggu ketiga Maret dan berlanjut hingga awal April, sehingga harga cabai rawit diprediksi akan kembali stabil.
Panen Raya Diharapkan Stabilkan Harga Cabai
Kepala Dispertan Garut, Haeruman, memastikan bahwa panen raya cabai rawit akan berlangsung pada minggu ketiga Maret dan awal April. Hal ini diharapkan dapat menurunkan harga cabai rawit dan mengembalikannya ke harga normal. "Jadi panen raya itu awal April cabai bisa stabil lagi," tegasnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Energi Sumber Daya Mineral (Disperindag ESDM) Kabupaten Garut, Ridwan Effendi, menambahkan bahwa beberapa komoditas pangan mengalami kenaikan harga sejak awal Ramadhan, termasuk cabai rawit. Harga cabai rawit merah telah meningkat dari Rp97.500 per kilogram menjadi Rp100.000 per kilogram. Meskipun demikian, ia memastikan stok cabai rawit masih aman.
Ridwan menjelaskan bahwa kenaikan harga disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain belum panennya sejumlah daerah penghasil cabai dan penundaan panen oleh beberapa petani akibat cuaca buruk berupa hujan deras. "Untuk cabai itu pola panen, di mana ada perubahan musim penghujannya cukup deras, sehingga para petani menunda panen, diharapkan di bulan Maret ini sudah kembali panen, dan menekan angka menjadi turun," jelasnya.
Ia berharap panen raya di bulan Maret dapat menekan angka kenaikan harga cabai rawit.
Pengakuan Petani Cabai di Cikajang
Muhamad Ridwan, seorang petani cabai dari Kecamatan Cikajang, Garut, mengungkapkan bahwa biasanya ia memanen 5 kuintal hingga 1 ton cabai setiap kali panen. Saat ini, stok cabai rawitnya tinggal sedikit. Ia menyebutkan bahwa harga cabai di pasaran memang sedang bagus dalam dua hari terakhir. Harga cabai rawit naik dari Rp40.000 menjadi Rp95.000 per kilogram, sementara cabai keriting naik dari Rp30.000 menjadi Rp50.000 per kilogram.
Namun, ia juga mencatat penurunan harga jual cabai dari petani pada hari ini. Harga cabai rawit turun menjadi Rp60.000 per kilogram, dan cabai keriting menjadi Rp25.000 per kilogram. Penurunan ini disebabkan oleh masuknya pasokan cabai dari luar daerah ke pasar induk di Jabodetabek. "Dari luar daerah sama sudah panen masuk ke pasar-pasar induk di Jabodetabek," kata Muhamad Ridwan.
Secara keseluruhan, kenaikan harga cabai rawit di Garut disebabkan oleh terbatasnya pasokan akibat belum panen raya, di tengah tingginya permintaan selama bulan Ramadhan. Diharapkan dengan segera datangnya panen raya, harga cabai rawit akan kembali normal dan stabil.