Harga Pangan di Tulungagung Meroket Jelang Ramadhan: Cabai Rawit Tembus Rp100.000/kg
Jelang Ramadhan, harga cabai rawit di Tulungagung, Jawa Timur, melonjak hingga Rp100.000 per kilogram, diikuti kenaikan harga telur, daging ayam, dan sejumlah bahan pokok lainnya.
Tulungagung, Jawa Timur, 28 Februari 2024 - Kabar kurang menyenangkan datang dari Kabupaten Tulungagung menjelang bulan suci Ramadhan. Harga sejumlah bahan pokok pangan mengalami kenaikan signifikan dalam beberapa hari terakhir. Lonjakan harga ini terutama disebabkan meningkatnya permintaan masyarakat yang tengah mempersiapkan tradisi megengan sebelum memasuki bulan puasa.
Kenaikan harga paling mencolok terjadi pada cabai rawit. Di Pasar Ngemplak, Tulungagung, harga cabai rawit yang sebelumnya berkisar Rp55.000 - Rp60.000 per kilogram pada pekan lalu, kini meroket hingga mencapai Rp100.000 per kilogram sejak Senin (24/2). Fenomena ini terjadi meskipun stok cabai rawit di pasaran terpantau masih melimpah.
"Stok masih ada, tapi harga dari pengepul naik," ungkap Ipin, salah satu pedagang di Pasar Ngemplak, Rabu (27/2). Kenaikan harga juga terjadi pada komoditas lain, seperti telur ayam yang naik dari Rp28.000 menjadi Rp30.000 - Rp32.000 per kilogram, dan daging ayam potong yang semula Rp32.000 per kilogram kini menjadi Rp34.000 - Rp35.000 per kilogram.
Lonjakan Permintaan di Tengah Kenaikan Harga
Menariknya, meskipun harga sejumlah bahan pokok mengalami kenaikan, permintaan justru meningkat. Yanti, seorang pedagang daging ayam di Pasar Ngemplak, menuturkan, "Biasanya terjual 50 kilogram per hari, sekarang bisa mencapai satu kuintal." Hal ini menunjukkan tingginya kebutuhan masyarakat dalam mempersiapkan diri menghadapi bulan Ramadhan.
Koordinator Pasar Ngemplak, Moh. Hasan Habibi, membenarkan tren kenaikan harga bahan pokok ini. Ia menjelaskan bahwa kenaikan harga sudah terjadi sejak pekan lalu dan diperkirakan akan terus berlanjut hingga beberapa hari setelah Ramadhan. "Kenaikan ini biasa terjadi menjelang Ramadhan dan akan bertahan hingga H+7 Ramadhan, sebelum kembali normal. Namun, harga diperkirakan naik lagi menjelang Idul Fitri," ujarnya.
Lonjakan permintaan menjelang Ramadhan memang menjadi faktor utama kenaikan harga. Tradisi megengan, yang melibatkan penyiapan berbagai makanan dan minuman untuk berbuka puasa, turut berkontribusi terhadap peningkatan konsumsi bahan pangan. Kondisi ini menjadi fenomena tahunan yang hampir selalu terjadi di berbagai daerah di Indonesia.
Antisipasi Pemerintah dan Saran bagi Konsumen
Pemerintah daerah diharapkan dapat melakukan langkah-langkah antisipatif untuk mengendalikan harga bahan pokok agar tetap stabil dan terjangkau bagi masyarakat. Pemantauan harga dan ketersediaan stok di pasaran perlu ditingkatkan, serta kerjasama dengan para distributor dan pedagang perlu dijalin untuk menjaga stabilitas harga.
Bagi konsumen, disarankan untuk melakukan perencanaan belanja yang matang dan bijak. Membeli bahan pokok dalam jumlah yang cukup namun tidak berlebihan dapat membantu menghemat pengeluaran. Memilih alternatif bahan pangan yang harganya lebih terjangkau juga dapat menjadi solusi.
Kenaikan harga bahan pokok menjelang Ramadhan tentu menjadi perhatian serius. Diharapkan pemerintah dan masyarakat dapat bekerja sama untuk mengatasi permasalahan ini dan memastikan ketersediaan bahan pangan tetap terjaga dengan harga yang wajar.
Secara keseluruhan, kenaikan harga bahan pokok di Tulungagung menjelang Ramadhan ini menjadi cerminan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh faktor permintaan dan kebiasaan masyarakat. Semoga situasi ini dapat segera teratasi dan masyarakat dapat menjalankan ibadah puasa dengan tenang dan nyaman.