ILO: AI Transformasi K3, Peluang dan Risiko di Tempat Kerja
Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) ungkap riset terbaru: AI tingkatkan keselamatan kerja, namun perlu kebijakan proaktif atasi risiko baru.
Jakarta, 24 April 2024 - Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) baru-baru ini menerbitkan hasil penelitiannya mengenai dampak transformatif kecerdasan buatan (AI) terhadap keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di seluruh dunia. Penelitian berjudul 'Merevolusi Kesehatan dan Keselamatan Kerja: Peran AI dan Digitalisasi di Tempat Kerja' ini memaparkan bagaimana teknologi AI meningkatkan kesejahteraan pekerja, namun juga menyoroti perlunya kebijakan proaktif untuk mengelola risiko baru yang muncul.
Kesimpulan utama dari penelitian ILO ini adalah bahwa AI menawarkan potensi besar untuk meningkatkan K3. Otomatisasi, misalnya, dapat mengurangi tugas-tugas berulang dan berbahaya, sehingga pekerja dapat fokus pada pekerjaan yang lebih menantang dan bernilai tambah. Robot dapat mengambil alih pekerjaan-pekerjaan yang kotor, berbahaya, dan berat (3D), mengurangi risiko kecelakaan kerja bagi manusia. Namun, implementasi teknologi AI juga menghadirkan tantangan dan risiko yang perlu diantisipasi.
Ketua Tim Kebijakan ILO, Manal Azzi, menekankan pentingnya pendekatan proaktif dalam menghadapi risiko ini. "Digitalisasi menawarkan kesempatan besar untuk meningkatkan kesepakatan di tempat kerja. Robot dapat menggantikan manusia dalam pekerjaan tiga dimensi yang berbahaya, dan kotor," katanya. Ia menambahkan, "Sementara otomatisasi dapat mengurangi tugas yang berulang seperti lini produksi pabrik atau dalam pekerjaan administratif sehingga pekerja dapat melakukan pekerjaan yang lebih menantang."
AI Tingkatkan Pemantauan Keselamatan Kerja
Laporan ILO menjabarkan bagaimana sistem AI dapat meningkatkan pemantauan keselamatan kerja secara real-time, merampingkan tugas dan operasi, serta meringankan beban kerja. AI juga dapat mendorong inovasi dalam desain tempat kerja dan peralatan, sehingga meminimalisir potensi bahaya. Namun, laporan tersebut juga memperingatkan potensi risiko baru yang muncul seiring dengan perkembangan teknologi AI.
Salah satu risiko yang disoroti adalah munculnya bahaya baru bagi pekerja yang berinteraksi langsung dengan robot atau mesin otomatis. Perawatan, perbaikan, dan pengoperasian mesin-mesin tersebut dapat menimbulkan risiko kecelakaan kerja yang sebelumnya tidak ada. Selain itu, perilaku robot yang tidak terprediksi, seperti kegagalan sistem atau serangan siber, juga dapat membahayakan keselamatan pekerja.
Laporan ILO juga menekankan pentingnya keseimbangan antara otomatisasi dan pengawasan manusia. Ketergantungan yang berlebihan pada AI dan otomatisasi dapat mengurangi pengawasan manusia, sehingga meningkatkan risiko kecelakaan kerja. Hal ini perlu diimbangi dengan sistem pengawasan yang tepat dan efektif.
Risiko Kesehatan Mental Akibat AI
Penelitian ILO juga menyoroti dampak AI terhadap kesehatan mental pekerja. Beban kerja yang digerakkan oleh algoritma dan tuntutan untuk selalu terhubung dapat berkontribusi pada stres, kelelahan, dan masalah kesehatan mental lainnya. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan keseimbangan antara produktivitas dan kesejahteraan pekerja dalam era digital ini.
Untuk mengatasi tantangan ini, ILO merekomendasikan pengembangan kebijakan yang lebih kuat di tingkat global, regional, dan nasional. Kebijakan ini harus memastikan terpenuhinya hak pekerja terhadap tempat kerja yang aman dan sehat di era digital. Kerja sama antara pemerintah, pemberi kerja, dan pekerja sangat penting untuk mewujudkan hal ini.
Kesimpulannya, AI menawarkan potensi besar untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, namun implementasinya harus dilakukan secara hati-hati dan bertanggung jawab. Penting untuk mengantisipasi dan mengelola risiko baru yang muncul, serta memastikan bahwa teknologi AI digunakan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja, bukan sebaliknya.