Kakanwil Kemenag Sulut Tekankan Pentingnya Kesehatan dan Spiritualitas CJH Bitung
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Sulut, Ulyas Taha, menekankan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan spiritual bagi 115 CJH Kota Bitung sebelum dan selama ibadah haji, serta mengajak untuk melanjutkan ibadah shalat Arbain setelah pulang ke Indonesia.
Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), Ulyas Taha, memberikan penekanan pentingnya menjaga kesehatan fisik dan spiritualitas bagi calon jamaah haji (CJH) asal Kota Bitung. Hal ini disampaikannya pada kegiatan manasik haji di Bitung, Kamis (24/4). Pernyataan tersebut disampaikan langsung di Bitung, Sulawesi Utara.
Dalam arahannya, Kakanwil Ulyas Taha menyampaikan bahwa ibadah haji tidak hanya membutuhkan kesiapan spiritual, tetapi juga fisik yang prima. "Ibadah haji bukan hanya ibadah spiritual, tapi juga ibadah fisik," tegasnya. Ia mengingatkan CJH untuk bijak dalam mengelola energi fisik, terutama menjelang keberangkatan ke Tanah Suci. Lebih baik waktu digunakan untuk memperdalam pemahaman ibadah haji melalui buku manasik.
Lebih lanjut, Kakanwil juga mendorong para CJH untuk tetap menjaga kesehatan dan stamina mereka. Hal ini penting untuk memastikan mereka dapat menjalankan seluruh rangkaian ibadah haji dengan lancar dan khusyuk. Kesiapan fisik dan mental yang baik akan sangat membantu dalam menghadapi tantangan fisik dan emosional selama perjalanan ibadah haji.
Menjaga Kesehatan Fisik dan Spiritual
Ulyas Taha juga menekankan pentingnya pelaksanaan ibadah Arbain, yaitu shalat berjamaah di Masjid Nabawi selama delapan hari (40 kali) setelah menunaikan ibadah haji. Bahkan, ia mendorong para CJH untuk meningkatkan jumlah shalat Arbain jika memungkinkan. "Ibadah itu menandakan tingkat kesalehan kita. Semakin saleh seseorang, rasa solidaritas dan kepeduliannya terhadap sesama akan semakin tinggi," tambahnya.
Ia berharap kebiasaan positif tersebut dapat diteruskan setelah kembali ke Indonesia. Melihat antusiasme jamaah dalam melaksanakan shalat Arbain, Kakanwil berharap semangat tersebut dapat dipertahankan dan bahkan ditingkatkan di kehidupan sehari-hari. Hal ini menunjukkan komitmen dan ketaatan beribadah yang tinggi.
Selain aspek spiritual, Kakanwil juga menekankan pentingnya pemahaman tentang kebijakan pemerintah terkait penyelenggaraan ibadah haji. Pembinaan jamaah haji harus mencakup beberapa cakupan minimal, yaitu fikih haji, kebijakan pemerintah terkait penyelenggaraan ibadah haji, hikmah haji, serta hak dan kewajiban jamaah haji reguler.
Ekosistem Penyelenggaraan Ibadah Haji
Kakanwil menegaskan bahwa keberhasilan penyelenggaraan ibadah haji bukan hanya tanggung jawab Kementerian Agama saja, tetapi juga membutuhkan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Kerjasama dan kolaborasi yang baik dari berbagai pihak sangat penting untuk memastikan kelancaran dan kenyamanan jamaah selama menjalankan ibadah haji.
Ia juga mengingatkan para CJH untuk memanfaatkan waktu wukuf di Arafah dengan sebaik-baiknya untuk bermunajat dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Momen wukuf merupakan puncak ibadah haji dan kesempatan emas untuk berdoa dan memohon ampunan.
Kegiatan manasik haji yang dilaksanakan diharapkan dapat memperkuat kesiapan mental, spiritual, dan fisik jamaah haji dalam menunaikan rukun Islam kelima dengan khusyuk dan tertib. Dengan persiapan yang matang, diharapkan para jamaah dapat menjalankan ibadah haji dengan lancar dan mendapatkan haji mabrur.
Kuota Haji Kota Bitung
Kepala Kantor Kemenag Bitung, Yahya W Pasiak, menambahkan bahwa kuota haji untuk Kota Bitung tahun 1446 H/2025 M sebanyak 115 orang, dengan tambahan tujuh orang kuota cadangan. Informasi ini memberikan gambaran jumlah jamaah haji yang akan diberangkatkan dari Kota Bitung.
Secara keseluruhan, arahan Kakanwil Kemenag Sulut ini menekankan pentingnya kesiapan fisik dan spiritual para CJH Kota Bitung dalam menghadapi ibadah haji. Pesan ini tidak hanya sebatas persiapan sebelum keberangkatan, tetapi juga mencakup komitmen untuk melanjutkan nilai-nilai ibadah setelah kembali ke Indonesia.