Kebakaran di Jakarta: Kesedihan di Balik Angka dan Upaya Pencegahan
Seringnya kebakaran di pemukiman padat Jakarta menimbulkan duka mendalam bagi warga, mendorong upaya pencegahan dan mitigasi dari pemerintah dan kesadaran masyarakat.
Kebakaran di Jakarta seakan tak kenal musim. Hampir setiap hari, peristiwa ini terjadi di berbagai wilayah padat penduduk, menyebabkan kerugian besar dan kesedihan mendalam bagi warga. Baik musim kemarau maupun hujan, api tetap mengancam rumah-rumah penduduk, bahkan bangunan bertingkat.
Baru-baru ini, kebakaran hebat di Kebon Kosong, Kemayoran, Jakarta Pusat, menghanguskan 543 rumah. Ini bukan kejadian terisolasi. Sebelumnya, kebakaran serupa juga terjadi, membakar puluhan rumah, bahkan ratusan rumah lainnya dalam sebulan terakhir. Akibatnya, ribuan orang kehilangan tempat tinggal dan harta benda, bahkan ada yang kehilangan anggota keluarga.
Kisah Duka Warga Kebon Kosong
Adin, seorang warga Kebon Kosong, menggambarkan kepanikan dan kesedihannya melihat rumah yang telah ditempatinya selama puluhan tahun terbakar. Ia terbangun dari tidur karena teriakan warga, dan hanya bisa menyaksikan rumahnya dan harta bendanya, termasuk gerobak jualan mie ayamnya, menjadi abu. Suara jeritan warga saat itu masih menghantui pikirannya.
Kisah serupa dialami Lastri. Meskipun berhasil menyelamatkan beberapa dokumen penting bersama keluarga, rumah dan peralatan kerja suaminya luluh lantak. Ribuan warga lainnya kini tinggal di tenda pengungsian.
Kebakaran yang Sering Terjadi
Data Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta menunjukkan frekuensi kebakaran yang tinggi, bahkan mencapai lima kali sehari sepanjang tahun 2024. Tercatat sekitar 1.970 kejadian kebakaran terjadi di Jakarta pada tahun ini. Penyebab utama kebakaran adalah korsleting listrik (1.204 kasus atau 61,12%).
Satriadi Gunawan, Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Gulkarmat, menekankan pentingnya pencegahan. Instalasi listrik yang sesuai standar, penggunaan perangkat elektronik bersertifikasi, dan kewaspadaan masyarakat sangat krusial.
Upaya Mitigasi dan Pencegahan
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah melakukan berbagai upaya pencegahan, termasuk menambah jumlah pos pemadam kebakaran dan hidran. Namun, Gulkarmat mengakui masih ada kekurangan pos pemadam kebakaran idealnya satu pos untuk setiap kelurahan, sementara saat ini baru ada 172 pos untuk 267 kelurahan. Mereka juga mendorong setiap RT memiliki minimal dua alat pemadam api ringan (APAR). Gunawan menekankan peran masyarakat dalam memadamkan api sejak dini sebelum petugas pemadam kebakaran tiba.
Penting bagi warga Jakarta, terutama di daerah padat penduduk, untuk mengganti instalasi listrik yang berisiko kebakaran dengan kabel yang bersertifikasi SNI dan memilih perangkat elektronik yang aman. Penanganan kebakaran di Jakarta membutuhkan komitmen bersama dari semua pihak.